Dukun Beranak di Banyuwangi, Riwayatmu Kini

Banyuwangi, IDN Times - Sebelum memasuki tahun 2000, eksistensi dukun beranak di Banyuwangi, Jawa Timur, masih terbilang cukup tinggi. Terutama bagi masyarakat pedesaan tepian hutan yang masih bergantung bantuan dukun beranak saat proses melahirkan. Meskipun sebenarnya pada tahun 1990, sudah lumayan banyak profesi bidan di Banyuwangi.
Namun bagi sebagian orangtua di pedesaan, bidan masih menjadi sebuah kemewahan untuk pembantu kelahiran. Karena alasan ekonomi, masyarakat lebih memilih atau bahkan lebih percaya terhadap sosok dukun beranak ketimbang medis. Tak jarang pula, kepercayaan tersebut membuat mereka fanatik.
Perlahan eksistensi dukun beranak terus terkikis. Masyarakat sudah mulai memilih bidan dan medis modern untuk proses bersalin. Hingga puncaknya di tahun 2000 silam, profesi dukun beranak di Banyuwangi dapat dikatakan sudah punah.
Kendati demikian, orang-orang yang dulunya berprofesi sebagai dukun beranak masih hidup hingga tahun 2022 ini. Lalu bagaimanakah kabar mereka dan apakah masih menjalani profesi sebagai dukun beranak? Ataukah sudah berhenti sejak lama dan beralih pekerjaan?
1. Runtuhnya Orde Baru, tandai akhir era dukun beranak di Banyuwangi

Warga akrab memanggilnya Mbah Endun. Nenek berusia 72 tahun asal Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, ini sebenarnya memiliki nama Siti Halimah. Sejak dia masih muda, Mbah Endun sudah menjadi asisten dukun beranak dari almarhum Mbah Sanah. Dia adalah pembantu persalinan setiap wanita yang pernah kondang di eranya.
Anak bungsu Mbah Endun, Dedi Wahyudi (39), mengatakan bahwa ibunya sudah sejak lama tidak lagi dimintai tolong membantu proses melahirkan. Dedi lupa tahun pastinya. Namun terakhir kalinya, yang dia ingat saat itu Presiden Indonesia masih Soeharto.
"Sudah lama sekali emak nggak ngurusi orang melahirkan. Seingat saya terakhir kali Presiden masih pak Soeharto. Saya juga masih SD kok," kata Dedi kepada IDN Times, Rabu (5/10/2022).
2. Transformasi profesi, dukun beranak jadi dukun pijat bayi

Menurut Dedi, sejak era bidan dan kesadaran medis masyarakat meningkat, dukun-dukun beranak di Banyuwangi tidak lagi menjadi prioritas. Sejak saat itulah Dedi mengakui bahwa ibunya sudah tidak lagi dibutuhkan. Meski sempat mencoba sana sini, namun masyarakat lebih memilih bidan sebagai pembantu proses melahirkan.
"Ya nggak tahu ya bagaimana perasaan emak waktu itu. Cuman saya ingat, kalau emak pernah bilang ekonomi saat itu menjadi sulit," jelas Dedi.
Beberapa tahun kemudian, rupanya skill Mbah Endun masih dibutuhkan. Namun bukan sebagai pembantu persalinan, melainkan sebagai orang yang diklaim mampu menangani persoalan anak rewel. Saat itulah, Mbah Endun mulai dikenal sebagai dukun pijat bayi.
"Ya akhirnya emak jadi tukang pijit bayi. Diundang ke sana sini untuk memijat bayi orang-orang. Kalau enggak ya benerin perut wanita. Tapi sekarang sudah tua dan tenaga terbatas, ya istilahnya buka praktek pijat di rumah," kata Dedi.
3. Kehilangan keberanian, skill sudah memudar

Saking lamanya tidak membantu proses persalinan, Dedi menyebutkan bahwa Mbah Endun sudah tidak berani lagi meski dipaksa menolong wanita melahirkan. Saat memijat bayi, Dedi pernah mendengarkan pembicaraannya dengan salah satu orang tua.
Dalam pembicaraan tersebut, Mbah Endun ditanya apakah masih sering membantu proses persalinan. Saat itu, Mbah Endun menjawab bahwa dirinya sudah tidak lagi memiliki keberanian. Bahkan Mbah Endun merasa takut.
"Katanya emak nggak berani lagi meskipun dipaksa. Selain mungkin karena usia, emak mungkin punya pertimbangan lain ya. Ya tau sendiri sekarang zamannya undang-undang, dikit-dikit lapor," cetus Dedi.
4. Bahkan profesi dukun pijat bayi terancam punah

Seiring berkembangnya dunia medis, setiap lulusan bidan saat ini juga dibekali ilmu terapis. Setiap bidan harus bisa menangani masalah bayi yang 'capek' dengan melakukan sentuhan pijat yang lembut. Mereka harus menguasai teknik-teknik pemijatan bayi yang lebih moderen.
Jika dibandingkan dukun pijat bayi yang menggunakan pengalamannya selama puluhan tahun, tentunya ketrampilan memijat keduanya berbeda jauh. Di tambah lagi, di Banyuwangi saat ini sudah banyak lulusan bidan yang juga melayani panggilan pijat bayi secara online.
"Anak saya, cucunya emak itu sekolah bidan. Sekarang magang di Puskesmas dan juga melayani pijat bayi. Tapi caranya dengan emak beda. Ya tergantung orang tua sih, kadang lebih pilih dukun karena lebih pengalaman. Kadang juga pilih bidan untuk pijat karena lebih lembut. Ya itu urusan rejeki masing-masing lah," pungkas Dedi.