Dua Tahun Tragedi Kanjuruhan, Kian Tenggelam

Malang, IDN Times - Tak terasa Tragedi Kanjuruhan telah berlalu selama dua tahun. Sementara keluarga masih belum bisa menghapus duka, warga Malang dan publik bola sepertinya sudah mulai melupakan tragedi mematikan ini terjadi. Spanduk-spanduk protes Tragedi Kanjuruhan yang biasanya memenuhi sudut-sudut Malang mulai hilang, dan memori kelamnya malam 1 Oktober 2022 ini mulai tenggelam. Katanya, hidup harus terus berjalan, tapi bagaimana dengan mereka yang kehilangan?

Laporan Model A Tragedi Kanjuruhan hanya mampu menjerat 5 terdakwa, yaitu Abdul Haris, Suko Sutrisno, AKP Hasdarmawan, AKP Bambang Sidik Achmadi, dan Kompol Wahyu Setyo Pranoto. Sementara Direktur PT LIB (Liga Indonesia Baru), Akhmad Hadian Lukita lolos dari jeratan karena berkasnya tidak P21 di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Vonis para terdakwa juga dianggap Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan tidak memuaskan, karena tidak ada yang divonis lebih super ringan.
Abdul Haris dan Hasdarmawan mendapat vonis ringan, yaitu 1 tahun 6 bulan. Sementara Suko Sutrisno lebih ringan, cuma 1 tahun penjara. Adapun Bambang Sidik Achmadi divonis 2 tahun. Terakhir, yaitu Wahyi Setyo Pranoto mendapat hukum 2,5 tahun penjara.
Oleh karena itu, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan yang tergabung dalam Yayasan Keadilan Tragedi Kanjuruhan (YKTK) membuat Laporan Model B Tragedi Kanjuruhan. Tapi laporan ini mentah di Polres Malang pada 8 September 2023. YKTK kemudian membuat Laporan Model B Tragedi Kanjuruhan di Bareskrim Mabes Polri, tapi hingga saat ini belum ada perkembangan berarti.
"Harusnya mereka memeriksa pelaku-pelaku yang menebakkan gas air mata. Tapi ini kayaknya hanya diputar-putar saja, katanya masih memeriksa beberapa anggota Polres Malang," terang Ketua YKTK, Devi Athok beberapa waktu lalu.

Beda dengan kasusnya yang menguap begitu saja, renovasi stadion Kanjuruhan justru sebaliknya. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengebut renovasi Stadion Kanjuruhan yang dianggap tidak layak untuk digunakan dalam kompetisi sekelas nasional. Setelah lelang dimenangkan oleh PT Waskita Karya dan PT Brantas Abipraya, proses renovasi dimulai sejak 20 September 2023 agar Stadion Kanjuruhan memenuhi standar FIFA.
Project Manager Renovasi Stadion Kanjuruhan dari PT Waskita Karya (Persero), Vino Teguh Pramudya mengatakan jika progres Stadion Kanjuruhan sudah capai 85 persen. Mereka menargetkan jika progres renovasi ini capai 95 persen pada Oktober 2024.
"Lapangan rumput Stadion Kanjuruhan yang kami bangun ini sudah memenuhi sertifikasi dari FIFA. Kemudian selanjutnya dilakukan pola pemotongan rumput, biasanya kalau di TV itu ada garis-garis di lapangan rumput itu akan kami lakukan di sini. Kalau dilihat dari foto udara itu sebenarnya sudah mulai terlihat," bebernya.
Selain memperkuat struktur bangunan dan mengubah tribun dengan kursi single seat, PT Waskita juga berfokus membuat museum dan monumen Tragedi Kanjuruhan di Gate 13. Nantinya museum ini akan dikelola oleh YKTK.

Kondisi ini pun membuat Arema FC mendaftarkan dua stadion sekaligus untuk berkompetisi di Liga 1 Musim 2024/2025. Kedua stadion ini adalah Stadion Soepriadi Blitar dan Stadion Kanjuruhan Malang. Saat ini, Arema FC masih menggunakan Stadion Soepriadi sebagai homebase sementara, diperkirakan Singo Edan akan kembali ke Kanjuruhan pada Desember 2024.
"Kami inginnya bisa bermain di Malang lagi. Apalagi renovasi Kanjuruhan katanya selesai tahun ini," terang General Manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas.
Kembalinya Arema FC ke Stadion Kanjuruhan tentu akan jadi momen yang campur aduk bagi warga Malang dan Aremania. Pasalnya, masih terjadi pro kontra terkait sanksi dari Komdis PSSI kepada Arema FC. Akankah rasa keadilan yang belum sepenuhnya terjawab bisa tertutup dengan kembalinya Arema FC ke Stadion Kanjuruhan?