Sidoarjo, IDN Times - Drama politik di Kabupaten Sidoarjo kian panas. Konflik antara Bupati Subandi dan Wakil Bupati Mimik Idayana akhirnya membuat Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak buka suara.
Emil menegaskan, Pemprov Jatim tak tinggal diam dan terus memantau ketegangan di tubuh pimpinan daerah Sidoarjo itu. Ia menekankan pentingnya sinergi antara kepala daerah demi kepentingan rakyat. "Kita berharap komunikasi yang berjalan saat ini bisa ada titik temu. Semua kepala daerah harus akur dan sinergis,” tegas Emil di Surabaya, Kamis (25/9/2025).
Menurut Emil, perseteruan di level eksekutif daerah bukan sekadar masalah pribadi. Jika berlarut, konflik Subandi–Mimik berpotensi menghambat program strategis, pelayanan publik, hingga pembangunan di Sidoarjo.
"Gak mungkin kita gak memantau perkembangannya. Kita pantau terus, kita lihat komunikasinya seperti apa,” tegasnya.
Kendati demikian, para Gen-Z tak terlalu peduli dengan intrik antara Bandi dan Mimik. Ialah, Sifa (21), mahasiswa asal Sidoarjo, menilai drama politik itu hanya tampilan luar. "Menurut saya klise, drama politik ini kesannya cuma dibuat-buat biar kelihatan kerja aja pimpinannya. Padahal saya sebagai Gen Z lebih resah soal macet, banjir, sampah di jalan, suasana kota yang panas dan gersang,” katanya, Selasa (24/9/2025).
Wajar jika ia menggerutu, Sifa mengakui bahwa tiap tahun rumahnya disambangi banjir. "Setahun bisa 3–5 kali banjir. Surutnya 2–3 hari, tapi selokan tetap penuh. Kalau hujan lagi ya banjir lagi," keluhnya.
Pendapat senada datang dari Putra (22), mahasiswa Unesa asal Sidoarjo. Ia menyebut konflik politik menunjukkan buruknya komunikasi pimpinan daerah. "Ini menandakan komunikasi yang buruk antar pimpinan. Butuh sosok yang bisa menjembatani. Karena kalau dilihat, Sidoarjo ini selalu ada aja gebrakan pimpinannya, kalau nggak korupsi ya konflik kepentingan politik," ujar Putra.