Peperangan 10 Nopember (instagram.com/surabaya_historical)
Penyebab kematian Jenderal Mallaby masih menjadi misteri hingga kini. Beragam versi lahir, tanpa diketahui fakta yang pasti. Kala itu, 27-28 Oktober terjadi perselisihan dan gencatan senjata antara Inggris dan Indonesia. Akhirnya, Presiden Soekarno datang dan menginisiasi perundingan bersama Mayor Jenderal D.C. Hawthorn pada 29-30 Oktober 1945.
Perundingan alot tersebut menghasilkan pembentukan Kontak Biro sebagai penghubung dan pelaksana hasil-hasil perundingan. Mallaby menjadi salah satu perwakilan Inggris, sedangkan Doel Arnowo bersama Roeslan Abdulgani, dan lainnya hadir mewakili Indonesia.
Kala itu, 30 Oktober 1945 Doel Arnowo bersama Mallaby dan Kontak Biro berusaha membawa tentara Gurkha yang mendiami Gedung Internatio berpindah ke Tanjung Perak sesuai dengan kesepakatan yang berlaku. Sayangnya, usaha tersebut tidak menunjukkan titik terang. Negosiasi yang dilakukan Kontak Biro bersama tentara Inggris gagal. Setelahnya, sebuah granat terlempar dari dalam gedung disertai tembakan-tembakan.
Mallaby yang hadir sebagai penengah, telah berada di luar gedung ketika kekalutan terjadi. Doel Arnowo bersama Roeslan Abdulgani merangkak ke pinggir sungai Kalimas yang kala itu sedang surut airnya, guna menyelamatkan diri. Tak lama, seorang pemuda datang kepada Cak Doel dan berkata, Sudah beres, pak!
Tanpa disangka, mobil yang ditunggangi Mallaby meledak, dan menewaskannya. Tak diketahui, siapa pelempar granat, atau pelepas peluru yang mengenai Mallaby dan mobilnya kala itu. Namun, kematian Mallaby sudah pasti membawa dampak buruk terhadap negara Indonesia. Demi kepentingan politik, Doel Arnowo menutup rapat dan tak pernah menyinggung kembali perihal peristiwa ini, hingga hari tuanya.
Namun, seorang perwakilan Inggris yakni Kapten Shaw berkata bahwa Mallaby telah dibunuh oleh Indonesia. Pengganti Mallaby, Mayor Jenderal E.C. Mansergh kemudian menerbitkan ultimatum kepada pasukan Surabaya untuk segera menyerahkan senjata tanpa syarat. Keputusan Pejuang Surabaya yang menolak ultimatum ini akhirnya menciptakan peperangan pada 10 Nopember 1945. Kala itu Cak Doel bertindak sebagai penghubung informasi dari Surabaya dan Jakarta.