Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi AIDS
Ilustrasi AIDS (freepik.com/jcomp)

Intinya sih...

  • Dinkes Surabaya mencatat 985 kasus HIV/AIDS sepanjang tahun 2025, turun 10,03% dari tahun sebelumnya.

  • 52,48% kasus baru HIV di Surabaya bukan warga setempat, dipengaruhi oleh perilaku seks bebas dan penggunaan napza suntik.

  • Pemkot Surabaya melakukan berbagai upaya pencegahan termasuk peningkatan edukasi, skrining HIV, dan dukungan terapi ARV.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mencatat sepanjang tahun 2025 dari Januari hingga Oktober, kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency (AIDS) mencapai 985. Angka tersebut turun 10,03 persen dari tahun 2024

Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, dari jumlah tersebut 52,48 persen di antaranya bukan merupakan warga Surabaya.

"Kasus baru HIV Kota Surabaya Tahun 2025 sampai Oktober sebesar 968 kasus yang sebagian besar merupakan KTP Non Surabaya 52,48 persen, mengingat akses layanan pemeriksaan HIV di Kota Surabaya yang sudah sangat memadai," ujar Nanik kepada IDN Times, Selasa (2/12/2025).

Nanik menuturkan, pihak yang paling tentang terinfeksi HIV/AIDS adalah laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki, kemudian, pekerja seks perempuan dan pelanggannya, pengguna Napza suntik. ibu hamil, pasien Tuberkulosis (TBC), pasien infeksi menular seksual (IMS) dan warga binaan pemasyarakatan.

"Faktor yang mempengaruhi penularannya hubungan seks bebas tanpa pengaman (kondom), berganti-ganti pasangan seksual, dan pengguna napza suntik," terang Nanik.

Dalam upaya melakukan pencegahan terhadap HIV/AIDS, Pemkot Surabaya telah melakukan berbagai hal mulai dari peningkatan edukasi dan kampanye pencegahan penularan HIV pada kelompok usia produktif seperti pelajar SMP, SMA/SMK sederajat, ibu hamil dan calon pengantin. Ada juga program pencegahan HIV berbasis tempat hiburan malam, panti pijat dan komunitas populasi kunci dengan dilakukan edukasi dan skrining HIV

"Kami memperluas akses layanan kesehatan dengan menyediakan lebih banyak fasilitas yang menawarkan layanan HIV, baik di Puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik Berbasis Komunitas yang dilengkapi dengan sumber daya terlatih," tutur Nanik.

Lalu rutin melakukan skrining HIV pada kelompok populasi kunci seperti lelaki seks lelaki, waria, pekerja seks perempuan, pengguna napza suntik, pasien TBC, ibu hamil dan calon pengantin. Memberikan dukungan melalui konseling agar ODHIV tetap konsisten dalam menjalani terapi ARV, karena kepatuhan pengobatan sangat penting untuk mencegah resistensi obat dan menekan laju penularan.

"Kami juga mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam memberikan edukasi pencegahan HIV dan cara penularannya bagi kelompok populasi kunci," pungkas Nanik.

Editorial Team