Dinkes Jombang Temukan 1.679 Penderita Virus TBC

Jombang, IDN Times - Jumlah penderita penyakit TBC atau Tuberculosis di Kabupaten Jombang cukup banyak. Ribuan orang tercacat terinfeksi virus yang dapat menyebabkan kematian. Hingga sekarang masih belum ditemukan obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
"Kami mengimbau masyarakat Jombang untuk tetap waspada terhadap penularan dan penyebaran penyakit TBC. Sebab, penderita yang terdeteksi relatif masih banyak," ujar drg Subandriyah, Kepala Dinkes Jombang, Sabtu (14/3).
1. Dinkes menemukan 1.679 penderita TBC yang tersebar di 34 Puskesmas

Berdasarkan catatan di Dinas kesehatan (Dinkes) setempat, telah menemukan 1.679 penderita kasus TBC. Jumlah itu naik dibanding temuan tahun 2018 lalu sebanyak 1.573 kasus. Data itu berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan 34 Puskesmas yang ada di Kabupaten Jombang.
"Adanya kenaikan data penderita tahun 2018 dibanding data tahun 2019, disebabkan hasil kerja pemantauan tim medis di saat pelayanan kesehatan di pedesaan. Selain, itu adanya peningkatan penderita yang berobat ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) di RS maupun di Puskesmas," ujar Wahyu Srihadini, Kabid pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P), Dinkes Jombang.
Penambahan data penderita TBC tersebut bukan berarti daerah Jombang buruk. Namun, dengan ditemukan kasus tambahan akan mempercepat penanganan yang selanjutnya bisa menekan jumlah penderita.
2. Tercatat 608 penderita Sembuh, dan 69 orang meninggal

Dari 1.573 kasus, tercatat 69 orang meninggal dunia dalam proses pengobatan. Sebanyak 608 berhasil sembuh setelah mengikuti pengobatan intensif, minimal selama 6 bulan berturut-turut.
Selama tahun 2018 tercatat 122 orang putus berobat, 11 orang penderita gagal. Status gagal itu dalam pemeriksaan bakteri TBC tetap muncul saat pengobatan masih berlangsung. Sedangkan hasil kesembuhan penderita TBC di Jombang mencapai 87,16 persen pada tahun 2018 lalu.
“Untuk penanganan tahun 2019 masih proses evaluasi,” tuturnya.
3. Penderita TBC baru berobat setelah kondisi lumayan parah

Penderita TBC mayoritas usia 15 - 45 tahun. Pihak Dinkes juga menyayangkan jika penderita baru berobat setelah dalam kondisi lumayan parah. Sehingga memperlambat proses penyembuhan dalam penanganan. Seharusnya, jika mengalami batuk terus menerus dalam dua minggu lebih, untuk segera memeriksakan ke Puskesmas.
“Penderita bisa berobat gratis dengan cara datang ke Puskesmas. Nah, hasil pemeriksaan di Puskemas nanti akan dirujuk ke Rumah Sakit, untuk mendapat tindakan lebih lanjut,” tambah Kasi P2P Dinkes Jombang, Haryo Purwono.
4. Penularan dapat melalui percikan air mulut penderita

Haryo Purwono menyampaikan, penularan TBC itu relatif mudah dan cepat. Misalnya, melalui percikan air mulut penderita TBC. Karenanya butuh membiasakan diri hidup sehat, dengan cuci tangan pakai sabun, menjaga etika saat batuk atau bersin.
"Kita harus berupaya membiasakan hidup sehat, menjaga imunitas tubuh agar tahan dari serangan berbagai penyakit, meningkatkan asupan gizi sesuai kebutuhan, dan menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.
Menurut Haryo, penyakit TBC hingga sekarang masih menjadi problem bagi dunia, karena belum ditemukan obat yang mujarab. Kematian disebabkan akibat TBC cukup tinggi. Bahkan Indonesia menduduki urutan kedua, dengan komposisi penduduk kelima terbesar di dunia.
5. Ruang rawat pasien penderita TBC di RSUD Jombang dipisahkan dari Poli agar tidak menular

Sementara itu, Direktur RSUD Jombang, dr Pudji Umbaran menyampaikan, pihaknya sebagai rumah sakit rujukan, tetap terus melayani TBC, baik itu Tuberculosis Directly Observed Treatment Short-course (TB DOTS) maupun Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR TB).
"TBC itu baru bisa diputus mata rantainya setelah kita Temukan Obati sampai sembuh. Kita layani semua, ruang untuk pasien penderita TBC berada di sebelah ujung rumah sakit, dan sengaja dipisahkan dengan ruang poli, agar tidak menular," ujar Pudji Umbaran dikonfirmasi IDN Times di RSUD Jombang.