Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sebanyak 11 SPPG di bawah Yayasan Kemala Bhayangkari Polres Magetan, Desa Banyudono, Kecamatan Ngariboyo, dirumahkan. IDN Times/Riyanto.
Sebanyak 11 SPPG di bawah Yayasan Kemala Bhayangkari Polres Magetan, Desa Banyudono, Kecamatan Ngariboyo, dirumahkan. IDN Times/Riyanto.

Intinya sih...

  • Minim penjelasan dari pengelola

  • Bertentangan dengan arahan BGN

  • Relawan menanggung risiko kebijakan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Magetan, IDN Times – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang menjadi solusi pemenuhan gizi anak sekolah sekaligus pengurangan pengangguran dan penggerak ekonomi warga, justru menyisakan ironi di Kabupaten Magetan. Sebanyak 11 relawan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di bawah Yayasan Kemala Bhayangkari Polres Magetan, Desa Banyudono, Kecamatan Ngariboyo, dirumahkan setelah baru sepekan bekerja.

Kebijakan tersebut bertolak belakang dengan arahan Badan Gizi Nasional (BGN) yang secara tegas melarang pengelola SPPG melakukan pemutusan kerja atau merumahkan relawan, meski terjadi pengurangan jumlah penerima manfaat program.

Alih-alih mendapat kepastian penghasilan, para relawan kini dialihkan statusnya menjadi “relawan cadangan” tanpa penjelasan jelas terkait durasi maupun kemungkinan dipanggil kembali. Kondisi ini memukul harapan mereka yang sejak awal menggantungkan kebutuhan hidup dari pekerjaan di dapur gizi MBG.

"Ya kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Kami butuh kerja, tapi tidak punya pilihan,” ujar salah satu relawan, Rabu (17/12/2025).

Sebagian besar relawan mengaku memiliki tanggungan keluarga, termasuk anak usia sekolah yang membutuhkan biaya rutin. Keputusan merumahkan relawan secara mendadak membuat mereka berada dalam posisi serba sulit.

1. Minim penjelasan dari pengelola

Sebanyak 11 SPPG di bawah Yayasan Kemala Bhayangkari Polres Magetan, Desa Banyudono, Kecamatan Ngariboyo, dirumahkan. IDN Times/Riyanto.

Upaya konfirmasi kepada pihak pengelola SPPG hingga kini belum memberikan kejelasan. Pemilik SPPG hanya memberikan jawaban singkat melalui pesan WhatsApp dan meminta agar konfirmasi diarahkan langsung kepada kepala dapur.

Namun, Kepala SPPG Banyudono, Anggun Retno, hingga tiga hari setelah dimintai konfirmasi terkait dirumahkannya sekitar 10–11 relawan dan dugaan kendala operasional, belum memberikan respons. Para relawan pun mengaku hanya menerima informasi singkat bahwa status mereka dialihkan menjadi relawan cadangan, tanpa keterangan lanjutan.

Situasi tersebut mempertegas posisi relawan yang berada dalam ketidakpastian, baik dari sisi status kerja maupun keberlanjutan penghasilan.

2. Bertentangan dengan arahan BGN

Suasana dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Lembeyan. IDN Times/Riyanto.

Kasus di Magetan ini dinilai bertentangan dengan pernyataan Wakil Kepala Badan Gizi Nasional, Nanik Sudaryati Deyang. Dalam keterangannya yang dimuat sejumlah media, Nanik menegaskan bahwa pengelola SPPG dilarang melakukan layoff terhadap relawan.

Menurut Nanik, program MBG dirancang tidak hanya untuk meningkatkan asupan gizi siswa, tetapi juga untuk menggerakkan ekonomi lokal dengan menyerap sedikitnya 47 tenaga kerja di setiap SPPG.

"Setiap SPPG dilarang me-layoff para relawan,” tegasnya.

BGN memang mengakui adanya pengurangan jumlah penerima manfaat MBG di sejumlah daerah, dari sebelumnya lebih dari 3.500 orang menjadi sekitar 1.800 orang per SPPG. Namun, kebijakan tersebut disebut tidak boleh berdampak pada pengurangan tenaga relawan.

3. Relawan menanggung risiko kebijakan

Suasana dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Lembeyan. IDN Times/Riyanto.

Dirumahkannya relawan di Magetan memunculkan pertanyaan serius terkait konsistensi pelaksanaan kebijakan pusat di tingkat daerah. Apakah arahan BGN benar-benar dipahami dan dijalankan oleh pengelola SPPG, atau justru relawan kembali menjadi pihak yang menanggung risiko akibat lemahnya tata kelola program.

Kasus ini berpotensi menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan aparat pengawas untuk memastikan Program MBG dijalankan sesuai pedoman, tanpa mengorbankan relawan yang selama ini menjadi tulang punggung operasional dapur gizi.

Sementara itu, sejumlah relawan mengaku mulai bersiap mencari pekerjaan lain demi mencukupi kebutuhan keluarga, meski masih menyimpan harapan bisa kembali bekerja.

"Kalau ada lowongan lain ya siap-siap saja. Yang penting bisa tetap dapat penghasilan,” ujar salah satu relawan dengan nada pasrah.

Peristiwa ini menjadi potret rapuhnya posisi relawan dalam program strategis nasional yang dipromosikan sebagai penggerak ekonomi, namun di lapangan justru diwarnai ketidakpastian dan minim perlindungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team