Desa Rawan Bencana Meningkat, BPBD Targetkan 5.000 Destana di Jatim

Intinya sih...
BPBD Jatim targetkan 5.000 Destana hingga 2025 untuk desa rawan bencana.
Pembentukan Destana dilakukan di Pasuruan dan Blitar, dengan pendampingan dan pelatihan bagi masyarakat desa.
Jumlah desa rawan bencana di Jatim meningkat dari 2.742 menjadi 5.254, disebabkan oleh perubahan kondisi di wilayah.
Surabaya, IDN Times - Desa rawan bencana di Jawa Timur (Jatim) jumlahnya meningkat tajam pada tahun ini. Hal ini pun direspons oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim dengan membuat Desa Tangguh Bencana (Destana).
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto menargetkan pembentukan 5.000 Destana hingga tahun 2025. Saat ini, sebanyak 1.900 Destana telah dibentuk, termasuk tambahan 40 desa dari kegiatan Destana tahun 2025. “Jumlah yang sudah terbentuk hingga 2025 ini sebanyak 1.900 desa. Ini termasuk 40 destana yang baru saja dilakukan,” ujarnya, Kamis (26/6/2025).
Gatot menambahkan, kegiatan terbaru pembentukanDestana dilakukan di wilayah Pasuruan dan Blitar. BPBD Jatim terus melakukan pendampingan dan pelatihan bagi masyarakat desa agar lebih siap menghadapi bencana.
Gatot menegaskan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap potensi bencana dan langkah-langkah antisipasi. “Kita berharap masyarakat bisa memahami potensi ancaman bencana, tahu bagaimana antisipasi, hingga tahapan pemulihan pascabencana,” jelasnya.
Dengan adanya Destana, BPBD Jatim berharap risiko korban jiwa maupun kerusakan akibat bencana dapat ditekan semaksimal mungkin. "Pembentukan destana juga menjadi bagian dari upaya memperkuat ketahanan masyarakat terhadap bencana," terangnya.
Sebelumnya, Data BPBD Jatim pada akhir 2024, jumlah desa rawan bencana meningkat dari 2.742 menjadi 5.254 desa. Jumlah desa rawan bencana tersebut berdasarkan kondisi terbaru di lapangan. Gatot mengatakan, lonjakan ini disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi di wilayah. Banyak desa yang sebelumnya tidak masuk kategori rawan, kini diklasifikasikan sebagai daerah berisiko tinggi.
“Update data ini kita lakukan setelah koordinasi dengan teman-teman Kalaksa (Kabupaten Kota). Banyak desa yang awalnya tidak rawan, kini masuk kategori risiko tinggi karena terjadi bencana atau perubahan fungsi lahan,” katanya, Rabu (25/6/2025).