Surabaya, IDN Times - Di banyak sudut kota, para pemilik warung dan pelaku UMKM masih mengandalkan intuisi ketika menentukan barang mana yang harus dibeli, berapa banyak, dan kapan restok dilakukan.
Kebiasaan ini tampak sederhana, tetapi sering menjadi sumber persoalan. Barang laris justru kosong, sementara barang yang tidak terlalu dibutuhkan menumpuk di gudang. Modal yang seharusnya berputar cepat pun tersendat begitu saja.
Di tengah persoalan klasik itu, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencoba menjembatani jurang antara teknologi dan kebutuhan riil pelaku usaha kecil.
Mereka memperkenalkan Andal App, sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu UMKM mengelola persediaan secara lebih efisien. Tanpa harus memiliki latar belakang akuntansi atau manajemen yang rumit.
Ketua Tim Abmas, Prof Mahendrawathi menggambarkan persoalan UMKM dengan lugas. “Mereka sering kehabisan barang yang dicari pelanggan, atau sebaliknya, menimbun barang yang tidak laku. Ini masalah klasik dalam teori manajemen rantai pasok,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).
Di satu sisi, modal terbatas membuat kesalahan kecil dalam pembelian bisa berdampak besar pada arus kas usaha. Di sisi lain, rutinitas yang padat membuat pencatatan stok terasa merepotkan.
Dari masalah inilah Andal App lahir. Aplikasi ini menggunakan metode klasifikasi ABC, pendekatan manajemen stok yang lazim dipakai perusahaan besar tetapi disederhanakan agar mudah diterapkan oleh pemilik warung dan UMKM.
Barang-barang nantinya dikelompokkan dalam tiga kategori. A untuk barang yang paling penting dan tidak boleh kosong, B untuk barang bernilai menengah, dan C untuk barang pelengkap yang kontribusinya kecil.
"Dengan begitu, pemilik warung bisa tahu mana barang yang harus selalu ada dan mana yang bisa dibeli nanti. Ini membantu mereka memprioritaskan pengeluaran,” jelas Mahe.
Namun di balik inovasi itu, ada tantangan khas dunia UMKM. Kebiasaan mencatat. Banyak pelaku usaha tidak memiliki waktu untuk memasukkan data setiap transaksi. Karena itu, Andal App dirancang fleksibel. Pemilik usaha cukup merangkum transaksi dan mencatatnya satu kali di akhir hari.
"Kami sadar mereka sibuk. Aplikasi ini dibuat agar tidak membebani,” tutur Guru Besar Departemen Sistem Informasi ITS itu.
Untuk memperkenalkan aplikasi ini, tim Abmas ITS menggelar workshop pada 6 November 2025 lalu, menghadirkan para pemilik UMKM dari berbagai penjuru Surabaya.
Antusiasme yang tinggi mendorong tim untuk mengembangkan versi Android dari aplikasi ini, yang kelak akan bernama SiStock. Saat ini, 14 pemilik UMKM terlibat dalam tahap uji coba, memberikan masukan soal fitur dan tampilan antarmuka.
Inovasi Andal App bukan sekadar proyek teknologi. Ia merupakan kontribusi nyata ITS terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8, mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan menciptakan pekerjaan layak.
Dengan pengelolaan stok yang lebih presisi, UMKM diharapkan lebih efisien, lebih adaptif, dan tentu saja lebih berpeluang meningkatkan omzet. "Harapannya, pemilik warung bisa menyediakan barang dengan tepat: tepat jenis, tepat jumlah, dan tepat waktu. Itu akan menciptakan nilai tambah bagi usaha mereka,” tutup Mahe.
