Surabaya, IDN Times - Memasuki akhir tahun dan mengarah pada puncak musim hujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi. Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, BPBD Jatim mencatat 264 kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, menyebut dari total kejadian tersebut 99 warga meninggal dunia, 141 mengalami luka-luka, dan 1 orang masih hilang, sementara 33.174 kepala keluarga terdampak dan 2.655 rumah dinyatakan rusak. Mayoritas bencana didominasi banjir dan angin kencang, terutama di wilayah dengan kontur perbukitan dan daerah dekat bantaran sungai.
"Memasuki akhir tahun, curah hujan meningkat dan pola cuaca menjadi tidak stabil. Karena itu kewaspadaan harus kita tingkatkan. Fokus utama kami adalah mitigasi, bukan hanya penanganan setelah bencana terjadi,” ujar Gatot, Senin (3/11/2025).
Menurut Gatot, beberapa wilayah yang tercatat paling sering mengalami bencana adalah Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Malang, serta sejumlah daerah tapal kuda seperti Lumajang, Jember, dan Probolinggo. Banjir umumnya dipicu luapan sungai setelah hujan deras, sementara angin kencang menyebabkan kerusakan bangunan, terutama rumah yang atapnya tidak kuat. Di kawasan lereng, tanah longsor menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.
Gatot menegaskan bahwa upaya mitigasi dilakukan melalui peningkatan sistem peringatan dini, sosialisasi kesiapsiagaan di sekolah dan desa rawan bencana, hingga pembentukan desa tangguh bencana. BPBD juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memantau debit sungai secara berkala dan mempersiapkan tempat evakuasi jika diperlukan.
"Mitigasi tidak hanya tanggung jawab pemerintah. Kesadaran warga untuk melapor saat melihat tanda-tanda seperti retakan tanah, air sungai mengeruh dan naik cepat, atau angin kencang berulang, sangat penting. Semakin cepat laporan masuk, semakin cepat tindakan pencegahan dilakukan,” jelasnya.
BPBD Jatim mengimbau warga, khususnya yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor, untuk memastikan jalur evakuasi keluarga, menata dokumen penting dalam satu tempat, serta menghindari beraktivitas di sungai saat curah hujan tinggi. Warga juga diminta segera menghubungi Call Center 112 atau posko BPBD terdekat jika terjadi kondisi darurat.
"Kita tidak bisa menghentikan hujan. Tapi kita bisa menekan risiko bencana dengan kesiapsiagaan bersama. Bencana adalah tanggung jawab kolektif,” pungkas Gatot.
