IDN Times/Beautiful Banyuwangi
Salah satunya adalah Ibu Suhatin, pengusaha kopi asal Kalibaru, Banyuwangi. Dia mengaku telah mendapatkan manfaat dari pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Dinas Peridustrian dan Perdagangan (Disperindag).
Berawal dari keprihatinan yang menjual biji kopi, kini dirinya memulai usaha kopi kemasan dan café. Saat itu, bijih kopi hasil kebunnya hanya dibeli seharga Rp25 ribu per kilogram (kg).
“Saya sedih, biji kopi saya hanya laku Rp25 ribu per kg. Setelah ikut pelatihan, saya mulai belajar mengolah dan menjemur sendiri. Saya dibimbing orang Disperindag, hingga cara pengemasannya. Misalnya kalau dijual ke café harus ukuran berapa, kalau untuk oleh-oleh ukuran berapa, semua diajarkan,” kata Suhatin yang memiliki brand Kopi RDK (Rumah Durian Kalibaru).
Hasilnya, kini rata-rata per bulan Suhatin mampu menjual 100 kg lebih kopi. Satu kemasan bubuk kopi seberat 2 ons dijual seharga Rp22 ribu. Artinya, harga bubuk kopi per kilogramnya mencapai Rp110 ribu.
“Alhamdulillah, dengan kemasan yang menarik, dan tentunya cara mengolah yang lebih baik, kini hasilnya jauh meningkat untuk dijual per kilogramnya,” aku Suhatin.
Tahun ini dia kembali mengikuti Coffee Processing Festival untuk belajar hal lain yang belum dia kuasai.
“Saya mengikuti festival ini untuk belajar membuat cappucino. Sebab, beberapa hari lalu ada rombongan turis ke café saya. Mereka ingin minum cappucino tetapi saya tidak tahu caranya. Makanya saya belajar agar ke depan bisa membuat cappucino sehingga tidak ada lagi pengunjung yang balik,” ungkapnya.