Ilustrasi uji klinis COVID-19 (IDN Times/Herka Yanis)
Cerita bermula saat saya dinyatakan reaktif rapid test pada 16 Juli lalu. Untuk antisipasi, saya pun bergegas mencari layanan tes swab di Kota Surabaya. Tujuan pertama saya adalah tes swab PCR yang disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya di Gelora Pancasila. Selain gratis, informasi yang saya dapatkan, hasil tes di sini bisa keluar lebih cepat daripada tes di rumah sakit. Apes, saat itu lokasi tes tersebut sedang libur.
Kemudian saya menghubungi berbagai rumah sakit untuk menanyakan biaya dan ketersediaan tes swab PCR. Saya ingin mencari rumah sakit yang hasil tesnya cepat namun dengan biaya semurah mungkin, sesuai permintaan kantor.
Salah satu rekomendasi utama adalah RS Premiere. Rumah sakit ini memiliki mesin PCR sendiri sehingga bisa menguji sampel lebih cepat, tak perlu mengantre di laboratorium lainnya. Biaya tesnya pun tergolong lebih murah, yaitu Rp1.850.000 dengan perkiraan hasil keluar sekitar 3 hari. Ternyata, saat itu jadwal tes telah penuh. Baru tersedia 4 hari kemudian. Tentu saya tidak mau menunggu selama itu.
Kemudian saya mencoba bertanya ke rumah sakit lain yang memiliki mesin PCR sendiri seperti RS Husada Utama. Di sana jadwal tes baru tersedia pada tanggal 20 Juli dengan biaya Rp2.000.000, cukup berat bagi saya. Sedangkan satu-satunya jadwal yang tersedia di hari itu adalah National Hospital. Tapi biayanya paling mahal yaitu Rp2.750.000.
Akhirnya saya menemukan RS PHC, rumah sakit BUMN itu memiliki mesin PCR sendiri sehingga mengklaim hasil tes bisa keluar dalam 2 hari saja. Tarifnya pun paling murah yaitu Rp1.700.000. Di tambah lagi, saat itu tersedia jadwal untuk Sabtu, 18 Juli 2020. Saya pun memutuskan untuk mendaftar tes swab PCR di RS PHC.