Pelatihan Keamanan Digital yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang di Universitas Widyagama Malang. (Dok AJI Malang)
Putri bercerita jika kisah ini ia alami sekitar tahun 2019 saat dirinya masih duduk di bangku SMA. Tiba-tiba melalui handphone-nya, ia mendapat pemberitahuan dari salah satu aplikasi pesan antar makanan. Aplikasi tersebut memberitahukan sejumlah pemesanan makanan ke rumahnya. Padahal ia tidak pernah memesan makanan sama sekali.
Kejadian tersebut terus berlanjut selama seminggu berturut-turut. Hingga pengeluaran yang ia terima jika ditotal mencapai Rp800 ribu, jumlah yang sangat besar untuk pelajar SMA saat itu.
Putri menceritakan jika saat itu alamat email-nya memang ia bagikan beserta password-nya untuk kepentingan game kepada teman-temannya. Akun tersebut ternyata juga tertaut pada aplikasi pesan antar makanan di handphone miliknya.
"Sejak saat itu saya langsung meminta pemblokiran email dan akun saya di pengelola aplikasi tersebut. Sejak saat itu makanan yang terus berdatangan langsung berhenti," terangnya saat dikonfirmasi pada Senin (10/04/2023).
Ia mengaku sangat trauma sejak kejadian tersebut. Meskipun banyak makanan yang berdatangan, ia mengatakan tidak memiliki nafsu makan untuk menghabiskan pesanan ghaib tersebut. Ia kini juga semakin berhati-hati dalam membagikan informasi pribadinya.