Cerita Horor Gen Z Terjerat Pinjol dan Paylater

Malang, IDN Times - Pinjaman online (pinjol) dan paylater menjadi lubang jebakan bagi Generasi Millennial dan Gen Z yang dituntut memperoleh uang secara instan. Kondisi itu membuat mereka sering tak menyadari kalau mendapat uang secara instan memiliki resiko yang tak kalah membahayakannya.
Alih-alih kebutuhan bisa terpenuhi dengan cepat, pinjaman berbunga tinggi ini justru menjadi bom waktu seandainya nasabah gagal bayar. Apalagi Generasi Milenial dan Gen Z yang belum memiliki pekerjaan tetap dan masih menempuh studi.
Salah satu mahasiswi, Frida (nama samaran) menceritakan kisahnya saat terjerumus beberapa aplikasi pinjol. Ia terpaksa harus memanfaatkan jasa peminjaman uang ini karena merasa terdesak oleh beberapa kebutuhan perkuliahan dan kebutuhan sehari-hari.
Gadis 22 tahun ini bahkan tidak mampu memberitahu orang tuanya jika sekarang ia dikejar-kejar debt collector karena gagal membayar angsuran. Ia khawatir kondisi ini malah menambah beban orangtuanya.
"Saya meminjam uang karena kebutuhan pembayaran SPP. Karena persyaratan pengambilan ijazah SMA harus lunas SPP terlebih dahulu," bebernya saat ditemui IDN Times pada Sabtu (28/01/2023).
Setelah dinyatakan tidak bisa memenuhi kewajiban membayar angsuran pinjaman plus bunganya, ia mulai ditelepon orang-orang tak dikenal. Ia diancam dengan berbagai perkataan kasar. Frida juga dipermalukan oleh debt collector yang mulai menelpon nomor teman-temannya dan mengatakan kalau dirinya tidak mampu membayar hutang.
"Pusing banget, capek, dan kesel karena ditelepon oleh nomor yang berbeda-beda," bebernya.
Ia bahkan melakukan berbagai macam cara agar terbebas dari teror itu, mulai memblokir nomor mereka sampai mengganti-ganti nomor teleponnya. Namun, mereka tetap selalu bisa melacak nomor barunya.
"Jadi jika ada nomor yang tidak dikenal aku selalu langsung tolak. Lalu selalu hapus pesan jika mendapatkan pesan di WhatsApp atau SMS," ujarnya.
Sampai saat ini, Frida belum tahu bagaimana agar bisa terlepas dari jerat pijol yang menghantui dirinya. Ia pun saat ini berusaha melamar kerja meskipun statusnya masih sebagai mahasiswa salah satu universitas negeri di Kota Malang. "Untuk sementara ini belum ada solusi dan masih usaha mencari atau melamar pekerjaan sana sini dulu. Karena tidak mungkin juga cerita ke keluarga jika keluarga sendiri masih ada kendala ekonomi," ucapannya.