Dating apps yang digunakan Tri Wahyudi untuk kampanye . (Twitter/@advltswiim)
Kepada IDN Times, Wahyu mengaku sudah kepikiran kampanye via dating apps seperti Tinder dan Bumble sejak tahun 2019. Ia melihat Bumble memiliki kemampuan layaknya media massa sekaligus media engineering. Aplikasi ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menjangkau orang-orang meskipun memiliki jarak yang jauh.
Ia bahkan mengaku mencontoh penggunaan aplikasi Mi Chat yang dijadikan aplikasi untuk transaksi prostitusi, Mi Chat memiliki kelebihan untuk melihat orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan Bumble, kata dia, memiliki kemampuan yang sama. Aplikasi ini dimanfaatkan Wahyu bukan sebagai dating apps, melainkan sebagai media sosial agar pemilih mengenalnya lebih dekat.
Alasan kedua adalah permasalahan biaya, Wahyu merasa tidak bisa bersaing dengan caleg-caleg lain yang mampu menyewa baliho-baliho besar. Ia mengaku merinding sendiri ketika tahu biayanya memasang baliho. Ia pun kepikiran memakai Bumble karena biayanya murah.
"Mungkin yang lain ada yang TikToknya viral, kemudian ada yang akun instagramnya bagus. Tapi sejujurnya saya gak punya tim media sosial sendiri, semuanya saya kerjakan sendiri. Mungkin baru seminggu yang lalu ada teman saya yang membantu mengedit video," terangnya saat dikonfirmasi pada Senin (11/9/2023).
Wahyu mengaku hanya mengeluarkan biaya Rp150 ribu untuk berlangganan premium selama 6 bulan. Ia bahkan baru membuat akun pada Sabtu (9/9/2023) saat nongkrong bersama teman-temannya. Setelah mendapatkan masukan dari kawan-kawannya, ia membuat akun Bumble saat itu juga di warung kopi.
"Selain itu, karena saya juga yang paling muda di Dapil 6 sehingga market saya juga pemilih-pemilih muda. Jadi saya memang gencar melakukan kampanye di media sosial. Karena dari Bumble itu juga saya mendapatkan beberapa teman lawan jenis yang match. Saya tidak mencari pasangan, tapi saya meminta dukungan, dan mereka mendukung," ujarnya.