Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Suasana terkini di depan Gedung DPRD Jatim Jl Indrapura, Surabaya, Selasa (6/10/2020). IDN Times/Dok. Istimewa

Surabaya, IDN Times - Polrestabes Surabaya menyiapkan tenaga maksimal untuk pengamanan aksi penolakan para buruh terhadap Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja, Selasa (6/10/2020). Sebanyak 2.000 personel polisi diturunkan dan disebar ke berbagai titik untuk mengamankan jalannya aksi ini.

1. Polrestabes Surabaya turunkan 2.000 personel

Suasana di depan Gedung DPRD Jatim Jl Indrapura, Surabaya, Selasa (6/10/2020). IDN Times/Dok. Istimewa

Kabag Ops AKBP Anton Elfrino Trisanto menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi bahwa pelaksanaan aksi unjuk rasa tersebar di beberapa titik. Oleh karena itu, ia memetakan pasukannya untuk mengamankan tiap aksi buruh di masing-masing lokasi seperti kawasan Rungkut Industri, Margomulyo, Karang Pilang, dan lainnya.

"Sebanyak 2.000 personel kami sebar di titik sasaran. Satu, ada di DPRD Jalan Indrapura, ada beberapa kawasan industri di Tenggilis, di kawasan SIER juga personel ada 200," jelasnya.

2. Polisi mengamankan jalannya aksi

Pasal-Pasal Krusial Omnibus Law, UU CIpta Kerja (IDN Times/Arief Rahmat)

Anton menegaskan, keberadaan polisi bukan untuk membubarkan unjuk rasa. Sebab, penyampaian aspirasi merupakan hak asasi manusia. Petugas diminta untuk mengamankan jalannya demonstrasi agar tidak terjadi aksi anarkisme, mengganggu lalu lintas, serta memastikan terjaganya protokol kesehatan.

"Pihak kepolisian tadi dari Polsek dan kami gabungan bersama teman-teman TNI, Brimob, Satpol PP menyampaikan ke mereka sesuai protkokol kesehatan, yang kedua jangan mogok kerja, yang ketiga jangan sweeping," jelasnya.

3. Utamakan protokol kesehatan

Suasana terkini di depan Gedung DPRD Jatim Jl Indrapura, Surabaya, Selasa (6/10/2020). IDN Times/Dok. Istimewa

Namun, Anton meminta satu hal yang wajib dilakukan saat ini adalah mematuhi protokol kesehatan agar aksi demonstrasi buruh tidak menimbulkan klaster baru penyebaran COVID-19. Oleh karena itu, selama jalannya pengamanan, polisi juga terus mengingatkan agar massa senantiasa menjaga jarak dan memakai masker dengan baik.

"Kami mengimbau kesehatan nomor 1. Jangan sampai teman-teman buruh memperjuangkan aspirasinya, tapi malah membawa virus ke rumah. Anak istri tertular kan juga berbahaya," pungkasnya.

Editorial Team