Lumajang, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan jika erupsi Gunung Semeru menyebabkan ratusan hektare lahan pertanian milik warga di Lumajang rusak. Tanaman yang harusnya siap panen ludes akibat awan panas dan banjir lahar dingin.
BNPB Catat Ratusan Hektare Lahan Petani Rusak Akibat Erupsi Semeru

Intinya sih...
205 hektare lahan pertanian rusak di Lumajang akibat erupsi Semeru
Berbagai komoditas pertanian seperti kopi, cabai, dan padi rusak
Petani mengalami kerugian puluhan juta karena tanaman mati dan harta bendanya ludes
1. Tercatat ada 205 hektare lahan pertanian milik warga rusak
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melaporkan jika awan panas dan banjir lahar dingin telah menyebabkan 205 hektare lahan pertanian milik warga mengalami kerusakan. Kerusakan ini terjadi di 2 desa di Kecamatan Pronojiwo yaitu Desa Oro-oro Ombo dan Desa Supiturang, kemudian juga di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro.
"Kalau dari catatan kami, erupsi ini merusak 21 rumah,1 sekolah, 1 puskesmas, dan 1 gardu PLN. Kemudian untuk lahan pertanian yang rusak seluas 204,63 hektare," terangnya saat dikonfirmasi pada Rabu (3/12/2025).
Erupsi ini juga menyebabkan 528 orang kehilangan rumah sehingga terpaksa mengungsi. Sampai saat ini, terdapat 2 pengungsian untuk korban erupsi Gunung Semeru yaitu di SDN 4 Supiturang dan SMPN 2 Pronojiwo.
2. Berbagai komoditas pertanian di Lumajang rusak akibat erupsi Gunung Semeru
Abdul Muhari menyampaikan jika tanaman yang rusak akibat erupsi Gunung Semeru ini bervariasi. Tanaman tersebut diantaranya kopi, cabai, padi, tebu, hingga salak.
"Tanaman yang rusak ini diantaranya mati karena mengering akibat awan panas atau abu vulkanik. Kemudian ada juga yang hanyut karena dilewati banjir lahar dingin," bebernya.
3. Petani mengaku rugi puluhan juta akibat erupsi Semeru
Salah seorang petani bernama Sunarto mengungkapkan jika ia tidak hanya mengalami kerugian akibat rumahnya dilewati lahar dingin. Tapi kebun cabai miliknya yang ada di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo juga rusak akibat hujan abu vulkanik.
"Sekarang tanamannya dalam kondisi layu mengering karena abu vulkanik. Jadi harus dibersihkan agar ada yang yang bisa diselamatkan, tapi sebagian besar mati," jelasnya.
Sunarto mengaku rugi puluhan juta karena sebagian besar tanaman cabai miliknya mati. Kini ia bingung bagaimana cara menanam cabai lagi, karena harta bendanya di rumah juga ludes diseret banjir lahar dingin.