Surabaya, IDN Times - Kota Surabaya dan sejumlah wilayah Jawa Timur kembali diterpa cuaca ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Suhu panas terik mencapai 35 derajat Celsius tiba-tiba disusul hujan deras disertai angin kencang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Sidoarjo mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi pada periode 20–29 Oktober 2025.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem kali ini disebabkan peningkatan aktivitas atmosfer di sebagian besar wilayah Jawa Timur. “Sebagian wilayah Jawa Timur masih berada pada masa pancaroba, sementara sebagian lainnya sudah memasuki awal musim hujan. Dalam sepekan ke depan, diprakirakan terdapat peningkatan potensi cuaca ekstrem yang berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat,” ujarnya, Selasa (21/10/2025).
Menurut Taufiq, fenomena tersebut dipicu oleh gangguan gelombang atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin yang tengah melintasi Jawa Timur. Selain itu, suhu muka laut yang hangat di sekitar Selat Madura turut memperkuat pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan intensitas sedang hingga lebat.
Sejumlah daerah diperkirakan akan terdampak cuaca ekstrem, di antaranya Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Bojonegoro, Bondowoso, Gresik, Jember, Jombang, Kediri, Lamongan, Lumajang, Madiun, Malang, Mojokerto, Nganjuk, Pamekasan, Pasuruan, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Trenggalek, Tuban, Tulungagung, Magetan, Ngawi, Pacitan, dan Ponorogo, serta kota Kediri, Madiun, Probolinggo, dan Surabaya.
BMKG juga mengingatkan wilayah bertopografi curam, bergunung, atau berbukit untuk mewaspadai tanah longsor, banjir bandang, jalan licin, dan pohon tumbang. “Kami mengimbau masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama potensi hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang,” kata Taufiq.
Masyarakat diimbau aktif memantau informasi peringatan dini cuaca melalui https://stametjuanda.bmkg.go.id atau media sosial @infobmkgjuanda. BMKG juga menyediakan layanan hotline 24 jam di (031) 8668989 dan WhatsApp 0895800300011. “Kami minta masyarakat tidak panik, tapi tetap siaga. Hindari aktivitas di luar ruangan ketika hujan disertai petir atau angin kencang. Jadi harus berhati-hati di jalan,” tambahnya.
Sementara itu, dari sisi kesehatan, suhu ekstrem yang mencapai 35°C juga dinilai berpotensi mengancam kesehatan tubuh dan kulit. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dr. Irmadita Citrashanty menjelaskan, paparan panas berlebih dapat meningkatkan risiko heat stroke akibat pelebaran pembuluh darah dan peningkatan beban metabolik tubuh, terutama pada kelompok usia rentan.
Menurutnya, efek jangka pendek yang sering muncul adalah kulit kering, dehidrasi, dan keringat buntet (miliaria) akibat paparan sinar matahari langsung. Namun, dampak jangka panjang jauh lebih berbahaya, seperti penuaan dini, flek hitam (hiperpigmentasi), kerutan halus, sunburn, hingga kanker kulit. “Paparan sinar matahari ekstrem dalam jangka panjang bisa mempercepat penuaan kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit. Ini yang sering kali diabaikan,” ungkapnya.
Untuk mencegah dampak tersebut, Irmadita menyarankan agar masyarakat menghindari paparan sinar matahari pada jam-jam dengan indeks UV tinggi, menggunakan tabir surya SPF 50 dan melakukan reapply setiap 2–3 jam sekali, serta mengenakan pakaian tertutup, topi, atau payung saat beraktivitas di luar ruangan.
Selain itu, hidrasi tubuh harus dijaga dengan minum air secara teratur. Jika sudah terkena sengatan panas, pendinginan bisa dilakukan dengan kipas angin, kompres dingin, atau masker wajah berbahan Aloe vera untuk menenangkan kulit. “Suhu ekstrem ini bagian dari fenomena alam akibat perubahan iklim. Karena kulit merupakan organ tubuh terluar, maka risikonya paling besar. Penting bagi masyarakat untuk memahami cara melindungi diri dan menjaga kesehatan kulit dari paparan matahari,” pungkasnya.