Berkunjung ke Royal Residence Wiyung, Perumahan dengan 6 Tempat Ibadah

Surabaya, IDN Times - Penjagaan ketat dilakukan sekitar empat orang bertubuh tegap di gerbang pintu masuk. Pakaiannya lengkap dengan atribut bertuliskan "Security". Semua kendaraan wajib berhenti untuk dilakukan pemeriksaan jika ingin ke dalam perumahan Royal Residence Surabaya.
"Mohon maaf, ingin ke mana?," tanya seorang satpam kepadaku, Senin (22/7/2019).
"Ke tempat ibadah pak, di mana ya?" tanyaku balik.
"Oh lurus aja mas, paling belakang tempatnya," jawab satpam itu sembari tangannya menunjuk arah masuk.
"Baik, terima kasih," sahutku, lantas melanjutkan perjalanan.
Sepanjang perjalanan, berjajar rumah mewah dengan pagar tinggi di perumahan yang terletak di daerah Wiyung tersebut. Nampak hunian di sini bersih, asri, tertutup dan sepi.
Tak banyak aktifitas yang terlihat di sana, hanya satu dua mobil yang melintas bersimpangan denganku. Sepeda motor pun jarang, terlihat dua ojek daring yang bingung mengantarkan makanan.
Sesampainya di ujung perumahan sesuai petunjuk satpam, ternyata benar ada masjid di perumahan elit ini. Tapi aku sedikit tertegun, karena Masjid Muhajirin ini tidak berdiri sendiri. Di sampingnya, berjajar rapi lima tempat ibadah; Gereja Katolik, vihara, klenteng, pura dan Gereja Kristen.
Menariknya, setiap bangunan tempat ibadah, penataannya sangat berdekatan. Tapi antar bangunan tidak menggunakan tembok yang sama alias nyambung. Sehingga setiap tempat ibadah memiliki jarak dan dilengkapi kamera pengintai atau CCTV di lorongnya.
"Itu ada jaraknya, tiap bangunan 3 meter. Ada CCTV-nya juga," ujar Ketua Forum Kominikasi Rumah Ibadah (FKRI), Indra Prasetyo saat ditemui, Senin (22/7/2019).
1. Bermula dari keresahan warga soal minimnya tempat ibadah
Indra yang juga menjadi salah satu inisiator bercerita awal mula adanya enam tempat ibadah berdiri di perumahan Royal Residence Surabaya. Hal tersebut bermula dari keresahan warga perumahan yang tidak mempunyai fasilitas tempat ibadah.
Perumahan ini sejatinya mulai dihuni sejak 2009 lalu. Sejak dibangun, pihak pengembang sudah menyampaikan bahwa perumahan ini tidak dilengkapi rumah ibadah umum.
"Ya terus saya kan muslim, jadi salat jemaah dan salat Jumat di luar perumahan," kata Indra.
Bertahun-tahun tinggal di Royal Residence, keresahan tak memiliki tempat ibadah ternyata tidak dirasakannya sendiri. Ia mengetahui beberapa warga juga ingin adanya tempat ibadah umum di kawasan perumahan.
"Kemudian kami menanyakan ke pengembang tahun 2014, apakah bisa didirikan rumah ibadah, kalau tidak kami sepakat patungan mendirikan sendiri," ungkap Indra.
Dari keluhan itu, akhirnya pihak pengembang memberikan sebidang tanah dengan luas 400 meter persegi kepada warga. Namun, polemik sempat terjadi karena beberapa mengusulkan dibangun pasar moderen saja. Sementara lainnya tetap ingin adanya rumah ibadah.
"Akhirnya semua sepakat buat rumah ibadah, saya usulkan tidak satu atau tertentu, tapi langsung enam rumah ibadah karena memang ada pemeluk agama masing-masing, biar adil," terang Indra.