Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan dalam kericuhan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Kesaksian lain juga datang dari penonton yang berada di luar stadion. Eko Prianto (39) salah satu Aremania yang memilih berada di luar meski mengantongi tiket bercerita. Saat itu ia melihat pertandingan dari televisi di warung kopi di dekat pintu 10.
Awalnya semua berjalan seperi biasa, wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Tak berapa lama, ia mendengar suara pintu stadion seperti dibuka paksa, kemudian beberapa orang keluar dari stadion. "Beberapa menit kemudian terdengar suara seperti petasan, satu kali, dua kali, tiga kali sampai empat kali saya dengar," ujar Eko.
Sesaat setelah suara itu, ia mendengar suara kepanikan dari dalam stadion. Ia juga kembali mendengar suara gedoran pintu. "Mereka menggedor-gedor sama teriakan minta tolong, beberapa saat kemudian perempuan, anak-anak dari dalam stadion pingsan dan dibopong keluar stadion," cerita Eko.
Eko lalu teringat, ada keluarganya yang menonton di tribun selatan 13 dan 14. Ia pun lari ke pintu 13 dan 14. "Di situ sudah riuh, di gate 14 saya lihat ada yang saya kenal. Saya membantu membuka paksa itu dari luar, tapi saya gak mampu. Terus ada yang teriak, 13 mas 13 mas, baru saya lari ke 13 saya bantu membuka. Pintu sudah terbuka tapi gak seutuhnya," kata Eko.
Di gate 13 itu Eko melihat banyak orang melolong minta tolong. Ada yang pingsan, bahkan ia melihat detik-detik ada korban menghembuskan napas terakhir. "Banyak wanita menumpuk di sana, banyak teriakan histeris," ucap Eko.
Di depan matanya sendiri, Eko mengaku melihat banyak orang berjatuhan. Ia pun membantu sekitar 5 orang korban untuk dievakuasi. "Ada 5 orang, saya membantu evakuasi, saya mengangkat, menaruh, mengangkat lagi kemudian menaruh. Kalau seperti ini kasihan mereka, saya akhirnya mencari petugas," jelas Eko.
Kondisi chaos itu terjadi di hampir semua pintu tribun Kanjuruhan. Kepanikan itu menjadi malam panjang, sebelum akhirnya korban yang berjatuhan mulai dievakuasi satu persatu oleh petugas medis menggunakan ambulan, menuju sejumlah rumah sakit di Kabupaten maupun Kota Malang.
Proses evakuasi sendiri baru selesai sekitar pukul 02.00 dini hari.
Tim penulis: Alfi Ramadana dan Khusnul Hasana