Proses pembuatan tahu di Desa Tropodo, Sidoarjo. IDN Times/Enggal Hendy Wardhana
Saat dikonfirmasi mengenai polemik tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo, Sigit Setiawan tak mau berkomentar. Ia hanya memberi laporan soal inspeksi yang mereka lakukan ke Desa Tropodo, 29 Juni 2019 lalu. Dalam laporan itu ada tujuh titik usaha tahu antara lain di Kecamatan Krian, Prambon, Taman, Tarik, Krembung, Tulangan dan Sidoarjo.
Khusus untuk di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, ada 31 pengusaha pabrik tahu yang tersebar di empat dusun. Antara lain, Dusun Klagen, Areng-areng, Tropodo dan Bale Panjang. Inspeksi itu menemukan kalau pengolahan menggunakan teknologi sederhana dan bahan bakarnya sampah plastik.
Dalam laporan tersebut juga tertera kalau banyak warga yang mengidap penyakit ISPA. Pemkab sendiri mengupayakan adanya assesment lanjutan mengenai adanya risiko penyakit kulit, diare, tekanan darah tinggi dan pneomonia serta sesak nafas.
Dalam surat itu juga ada lima rekomendasi. Pertama perlu pertemuan koordinasi lintas sektor bersama dengan sekdes untuk bersama-sama merumuskan pemecahan yang baik karena menyangkut hajat hidup masyarakat.
Kedua, perlua pengecekan udara produksi dan udara ambient untuk mengetahui kadar CO, H2S, Dioxin, Furan dan Pb. Ketiga, perlu dilakukan pengecekan kesehatan masyarakat Trosobo minimal tensi dan risiko penyakit akibat asap produksi tahu. Keempat, perlu pengecekan kualitas fisik, kimia dan bakteriologi air bersih dan air minum. Kelima perlu pembenahan fisik usaha tahu.