Pimpinan Desa Ngadas dan tokoh masyarakat Suku Tengger saat Upacara Karo (IDN Times/Ardiansyah Fajar)
Seorang dukun bernama Sutomo ambil bagian di sini. Di depan sesaji ia komat-kamit membacakan mantra-mantra untuk para leluhurnya. Hanya perwakilan saja yang ada di dalam balai desa. Sementara masyarakat Tengger lainnya menunggu di luar gedung balai desa.
Kemudian prosesi dilanjutkan ke punden, makam leluhur dan sumber mata air. Acara adat ini dinamakan ngaturake, yang artinya memberitahu atau meminta izin leluhur desa. Dipimpin Sutomo, masyarakat berjalan bersama diiringi gamelan serta dua orang sinden.
Tak hanya orang dewasa, pemuda dan anak-anak sangat antusias dalam prosesi ini. Mereka khidmat melihat sang dukun membaca mantra. Beberapa pemuda turut bernyanyi saat sindeng mulai melantunkan tembang. Usai prosesi, minuman alkohol dibagikan kepada rombongan. Tak ada pemaksaan sebab mereka tahu ada agama lain yang tidak memperbolehkannya.
Batasan-batasan antara adat istiadat dan agama ini dijaga erat oleh masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas. Bahkan, prosesi Upacara Karo harus dijeda saat ibadah salat Maghrib tiba. Maka sebelum Maghrib, pimpinan desa menuntaskannya dengan acara makan bersama, mereka menyebutnya prepekan.
"Kita selalu menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing. Menyangkut agama masing-masing. Kita ada acara khusus (adat) kita proses agama dulu, kemudian prosesi adat kita laksanakan," kata Mujianto.
Malam harinya, keramaian dan keguyuban masyarakat Suku Tengger di sini semakin nampak. Di panggung acara digelar tandakan. Acara ini berupa hiburan rakyat diiringi gamelan. Para pengunjung yang akan ke Gunung Bromo maupun Gunung Semeru dipersilakan mampir ke sini. Karena desa ini sudah dilabeli Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang sebagai 'Desa Wisata Adat'.
Tak lupa, Kades Mujianto menitipkan pesan kepada para millennials agar tidak lupa melestarikan budaya. Ia berharap adat istiadat tidak terkikis budaya luar. Ia meminta millennials tidak tertutup tapi punya kontrol diri atas budaya yang masuk. Menurutnya belajar budaya boleh, tapi tidak serta merta meninggalkan budaya yang telah diwariskan leluhur.
"Ngadas salah satu desa wisata di Kabupaten Malang, banyak tamu pengunjung bawa budaya masing-masing, bagaimana cara membentengi diri kita. Sehingga tamu yang membawa budaya dikenalkan budaya kita," pungkas Mujianto.