Surabaya, IDN Times – Sudah tiga hari, badan Ica (65) lemas. Ia hanya bisa terbaring di ranjang tidurnya. Suhu tubuhnya juga terus meningkat, ditambah lagi napasnya agak berat. Warga Menur Pumpungan, Sukolilo, Surabaya itu belum tahu sedang menderita sakit apa. Anak-anaknya hanya menduga sang ibu sakit biasa. Maklum usianya sudah senja.
Tapi, sang keponakan, M. Marzuki (32) justru yang khawatir kalau bibinya sudah terinfeksi virus corona SARS CoV-2. Terlebih, waktu itu kasus COVID-19 di Kota Pahlawan sedang ganas-ganasnya setelah masuknya mutasi varian Delta. Sewaktu Ica sakit, dalam sehari tercatat ada penambahan 500 lebih kasus baru pada 13 Juli 2021.
Tak mau menunggu waktu lama, Juki—sapaan karibnya- langsung meminta anak-anak Ica segera mengecek saturasi oksigen dengan oximeter. Benar saja, saturasinya terus turun. Bahkan, jauh berada di bawah standar medis (95). Artinya, Ica sebenarnya sudah membutuhkan bantuan alat penunjang medis seperti oksigen. Guna mengantisipasi terjadinya sesak nafas.
Juki langsung berinisiatif mencari tabung oksigen medis, bak gayung bersambut, seorang temannya meminjamkan sebuah tabung kosong. Tak menunggu waktu lama, ia mengirim pesan ke grup-grup WhatsApp (WA) di ponselnya. Menanyakan, tempat pengisian oksigen yang tersedia di Surabaya. Beberapa tempat rekomendasi dari teman-temannya kemudian didatangi seketika itu juga.
Namun, tempat pengisian sudah mulai kewalahan. Juki harus mengunjungi satu demi satu, sampai akhirnya menemukan depo isi ulang oksigen. Ia berkomitmen jika pulang tabung oksigen medis yang dibawanya harus terisi. “Malam hari di daerah Surabaya Utara dapat oksigen, antreanya panjang sekali tapi tidak apa-apa, akhirnya dapat,” ujarnya saat ditemui, Kamis (19/8/2021).