Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Angkot di Terminal Joyobo. (IDN Times/Khusnul Hasana)

Surabaya, IDN Times - Sopir angkot di Surabaya hanya bisa pasrah pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, mereka mengaku tak bisa berbuat apa-apa dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi itu.

1. Sopir angkot kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa

Ilustrasi mobil angkot. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

Salah satu sopir angkot yang ditemui IDN Times adalah Yusuf (61). Ia mengaku kecewa dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM tersebut. Namun, dirinya tak bisa berbuat apa-apa.

"Kita bukan menerima, kita mau apa tetap kita kalah, kita mau besuara juga percuma, ujungnya ya kita pasrah," ujar Yusuf.

2. Tarif angkot di Surabaya belum ada kenaikan

Jalan Ahmad Yani, Kota Surabaya dari udara. Dok. Humas Pemkot Surabaya

Ia menuturkan, atas kenaikan BBM tersebut, Organisasi Angkutan Darat (Organda) masih belum ada reaksi. Apakah nantinya tarif angkutan kota di Surabaya akan dinaikan atau tidak.

"Kalau angkot saya (Joyobo-Menganti) ini tarifnya Rp8 ribu, kalau ke Lakarsantri Rp5 ribu, tapi penumpang mesti melebihkan," sebut Yusuf.

3. Sopir angkot sering pulang tak bawa untung

Ilustrasi (IDN Times/Sunariyah)

Yusuf mengatakan, dalam sehari ia mendapat untung bersih Rp50 ribu. Bahkan terkadang ia tidak membawa untung sama sekali.

"Saya harus setor Rp30 ribu ke pemilik angkot. Sehari bensin saya Rp100 ribu saya pakai pertalite. Untung saya bawa pulanh Rp50 ribu kadang Rp30 ribh, kadang tidak sama sekali," tandasnya.

Editorial Team