Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-29 at 18.36.14 (1).jpeg
Bangunan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo yang ambruk pada Senin 29 September 2025. (IDN Times/Zumrotul Abidin)

Intinya sih...

  • Pertemuan antara tim SAR gabungan dengan wali santri menghasilkan keputusan penting: penggunaan alat berat untuk mempercepat evakuasi korban.

  • Keputusan penggunaan alat berat diambil setelah pencarian manual tidak menemukan tanda-tanda kehidupan, dan disetujui dalam rapat koordinasi dengan pemerintah dan keluarga korban.

  • Basarnas menyiapkan lima unit crane, 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck untuk mendukung proses evakuasi yang tetap dilakukan dengan sangat hati-hati.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sidoarjo, IDN Times - Memasuki hari keempat pasca ambruknya musala dan asrama Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, suasana haru menyelimuti pertemuan antara tim SAR gabungan dengan para orang tua dan wali santri, Kamis (2/10/2025). Pertemuan itu menghasilkan keputusan penting, penggunaan alat berat untuk mempercepat proses evakuasi korban tertimbun reruntuhan.

Keputusan berat tersebut diambil setelah masa pencarian darurat (golden time) dinyatakan berakhir, sementara pencarian manual dengan metode verbal maupun alat pendeteksi suara sejak Rabu malam tidak menemukan tanda-tanda kehidupan.

Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit, menegaskan penggunaan alat berat tidak dilakukan sepihak.

“Karena hasilnya nihil, kami mulai mempersiapkan opsi penggunaan alat berat. Namun keputusan ini kami bawa ke forum bersama keluarga korban. Kami tidak ingin mengambil langkah tanpa persetujuan mereka,” ujarnya.

Dalam rapat koordinasi itu, hadir Menko PMK Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta perwakilan Forkopimda. Kehadiran mereka memberi dukungan moral sekaligus menegaskan keseriusan pemerintah dalam menangani musibah yang menelan korban lebih dari seratus santri tersebut.

Nanang menambahkan, evakuasi akan tetap dijalankan dengan sangat hati-hati. “Kami tidak ingin gegabah. Koordinasi dengan wali santri dan pihak keluarga sangat penting. Mereka yang paling berhak mengetahui setiap keputusan, dan dalam rapat terakhir, mereka sepakat untuk menggunakan alat berat,” katanya.

Basarnas menyiapkan lima unit crane, 30 ambulans, 300 kantong jenazah, serta 30 dump truck untuk mendukung proses evakuasi. Hingga Kamis siang, tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan masih terus menyisir reruntuhan secara manual sambil mempersiapkan peralatan berat.

Editorial Team