Banjir Konten Anomali, Bahaya Bagi Tumbuh Kembang Anak

- Konten Anomali seperti Ballerina Cappucina dan Tralalero Tralala diminati anak-anak.
- Anak yang terpapar konten Anomali bisa jadi 'penikmat pasif' dan mengalami brainrot.
- Edukasi dan komunikasi efektif dari orang dewasa dapat melindungi anak dari dampak buruk konten digital.
Surabaya, IDN Times - Konten Anomali, seperti Ballerina Cappucina dan Tralalero Tralala, kini banyak diminati anak-anak. Konten ini menampilkan benda mati dan hewan yang beraksi layaknya manusia, meskipun tidak logis. Menurut Dosen Elementary Teacher Education atau PG-PAUD Petra Christian University (PCU), Lisa Narwastu Kristsuana, fenomena ini dapat berdampak negatif pada tumbuh kembang anak dan merusak kemampuan berpikir atau brainrot.
Lisa menjelaskan bahwa konten Anomali dapat menyebabkan anak menjadi 'penikmat pasif' dari konten tidak mendidik. Hal ini dapat berdampak pada kemampuan belajar, emosi, dan sosial anak. "Ibarat tanaman yang disiram tak beraturan, otak anak-anak bisa rusak. Mereka jadi blank, sulit fokus, dan emosinya ikut kacau," ungkap Lisa di Surabaya, Kamis (12/6/2025).
Dampak brainrot, lanjut Lisa, tidak hanya menyerang kemampuan belajar, tapi juga aspek emosi dan sosial anak. Anak jadi lebih kasar, mudah tersinggung, bahkan mengalami kecemasan berlebih. "Banyak orangtua mengeluhkan anaknya bicara ketus dan lebih senang menyendiri dengan gadget," katanya.
Menurut Lisa, kunci untuk mengatasi dampak konten anomali adalah kekuatan relasi dan komunikasi antara orang dewasa dengan anak-anak. "Semakin dilarang, makin anak melawan. Kita harus jadi teman bicara yang bijak, bukan penghakim," jelasnya. Lisa juga menekankan pentingnya edukasi bagi orang tua dan guru, bukan hanya soal teknologi tapi juga soal nilai. "Anak harus merasa dirinya berharga. Bukan karena diterima teman, tapi karena tahu dirinya dikasihi," terangnya.
Dengan demikian, anak-anak dapat lebih tahan terhadap tekanan luar dan memiliki pondasi perlindungan terbaik di era digital ini. Kehadiran yang hangat dan penuh pengertian dari orang dewasa adalah kunci untuk melindungi anak dari pengaruh buruk dunia digital.
Lisa menegaskan bahwa edukasi dan komunikasi yang efektif dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan menghadapi tantangan di era digital. "Kita harus memberikan anak-anak kesempatan untuk berkembang dan mengekspresikan diri mereka sendiri," katanya.
Dengan edukasi dan komunikasi yang tepat, tambahnya, anak-anak dapat lebih siap menghadapi tantangan di era digital dan memiliki kemampuan untuk membedakan antara konten yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.