Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-12-16 at 15.19.00.jpeg
Lahan yang akan dibangun Bandara di Situbondo. (dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • Bandara KHR As’ad Mulai Dibangun di Situbondo, Pantai Banongan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo.

  • Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total anggaran dari Pemerintah Pusat sekitar Rp1,7 triliun untuk menggerakkan perekonomian daerah dan membuka lapangan kerja.

  • Petani dan buruh tani yang terdampak pengosongan lahan diberikan ganti rugi berupa kompensasi uang dan hewan ternak sebagai wujud kehadiran negara terhadap masyarakat kecil yang terdampak secara ekonomi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Situbondo, IDN Times - Sebuah Bandar Udara (Bandara) mulai dibangun di kawasan Pantai Banongan, Desa Wringin Anom, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Bandara itu diberi nama Bandara KH Raden As’ad Syamsul Arifin, sosok Pahlawan Nasional sekaligus ulama legendaris dan pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah.

Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menegaskan bahwa pembangunan Bandara KHR As’ad Syamsul Arifin tidak hanya ditujukan untuk mendukung kepentingan pertahanan negara, tetapi juga dirancang secara multifungsi agar memberi manfaat luas bagi masyarakat.

"Bandara ini kami dorong agar ke depan tidak hanya digunakan untuk kepentingan militer, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk penerbangan kemanusiaan, kebencanaan, hingga penerbangan sipil. Dengan runway sepanjang 2.500 meter, pesawat berbadan besar seperti Airbus dan Boeing berpotensi dapat mendarat di Situbondo,” ujar Bupati Rio, Selasa (16/12/2025).

Bandara ini ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total anggaran dari Pemerintah Pusat sekitar Rp1,7 triliun. Pembangunan tersebut diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan konektivitas wilayah timur Pulau Jawa.

Rio juga mengklaim bahwa, para petani dan buruh tani yang terdampak pengosongan lahan untuk pembangunan bandara itu, diberikan ganti rugi. Meskipun, kata dia, secara kontrak sewa lahan pemerintah tidak diwajibkan memberikan ganti rugi.

"Rinciannya, petani melon dan semangka menerima kompensasi sebesar Rp100 juta per hektare, petani tebu sebesar Rp25 juta per hektare, serta petani padi dan jagung sebesar Rp10 juta per hektare," katanya.

Selain petani penggarap, kata Rio, sebanyak 1.004 buruh tani yang bekerja di lahan tersebut juga mendapatkan kompensasi kerohiman. Setiap buruh tani menerima 1 ekor sapi dan sepasang domba untuk kemudian diternakkan.

"Bantuan ini diserahkan secara simbolis saat acara tasyakuran sebagai wujud kehadiran dan kepedulian negara terhadap masyarakat kecil yang terdampak secara ekonomi," katanya.

Terkait status lahan, Rio bilang bahwa Pemerintah Kabupaten Situbondo dan Kementerian Pertahanan RI telah menyepakati hibah lahan seluas 306 hektare di kawasan Banongan. Namun, sembari menunggu proses penggantian lahan seluas 350 hektare di kawasan Pasir Putih dari Perhutani kepada Kementerian Pertahanan, yang selanjutnya akan dihibahkan kepada Pemkab Situbondo, status lahan saat ini masih bersifat pinjam-pakai.

"Langkah ini ditempuh untuk memastikan tertib administrasi, kepastian hukum, serta tidak adanya aset daerah yang hilang," kata Rio.

Sementara itu, dalam kesempatan acara tasyakuran pembangunan bandara pada Selasa (16/12/2025), Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, sempat mengenang dawuh almarhum KHR. As’ad Syamsul Arifin terkait keberadaan bandara di Situbondo yang sempat disebut sejak dulu.

Kiai Azaim menuturkan bahwa kisah tersebut ia dengar dari warga Sukorejo beberapa tahun silam. Menurut penuturan warga, Kiai As’ad pernah menyampaikan bahwa suatu saat akan berdiri bandara di wilayah tersebut, bahkan menjadi titik keberangkatan ibadah haji.

“Kami yang mendengar cerita itu dulu setengah percaya dan setengah tidak percaya, karena sulit membayangkan pada masa itu,” ujar Kiai Azaim.

Seiring berjalannya waktu, rencana tersebut kini mulai terwujud. “Tidak terbayang akhirnya bandara ini disepakati, tidak hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk pemerintah daerah dan masyarakat sebagai sarana transportasi umum,” imbuhnya.

Kiai Azaim berharap seluruh cita-cita, doa, dan harapan masyarakat Situbondo terkait pembangunan Bandara KASA senantiasa berada dalam rida Allah SWT. Ia juga mendoakan agar seluruh proses pembangunan berjalan lancar hingga tuntas tanpa hambatan.

Ia pun mengajak seluruh hadirin untuk bermunajat dan berdzikir bersama. “Mari kita membaca wirid dan berdzikir, memohon kemudahan serta kelancaran pembangunan Bandara KASA,” katanya.

Dengan dukungan ulama, pemerintah, dan masyarakat, pembangunan Bandara KHR As’ad Syamsul Arifin (KASA) diharapkan menjadi tonggak baru bagi Situbondo untuk naik kelas—lebih aman, terhubung, dan berdaya secara ekonomi.

Editorial Team