Akhir Nasib Tumini, Menahun Tinggali Ponten Umum Taman di Surabaya

Intinya sih...
Tumini (55) tinggal di ponten umum taman Kecamatan Wonokromo, Surabaya selama 15 tahun
Tumini harus membayar sewa Rp1,5 juta per tahun kepada pengelola Jasa Tirta, dan juga membayar listrik
Tumini diangkut oleh petugas setempat dan barang-barangnya diangkut oleh Satpol PP, pihak berwenang akan memberikan bantuan agar Tumini bisa melakukan aktivitas ekonomi
Surabaya, IDN Times - Tumini (55) pasrah kala sejumlah petugas dari Pemerintah Kota Surabaya menggiringnya keluar dari sebuah ponten umum sebuah taman di Kecamatan Wonokromo, Surabaya yang dia sebut sebagai rumah, Rabu (2/7/2025). Sudah menahun, Tumini melakukan segala aktivitas di tempat tersebut, mulai tidur, memasak, makan, hingga berjualan kopi. Bau tak sedap menjadi makanan sehari-harinya.
Bangunan tempat Tumini tinggal itu hanya berukuran kurang lebih lima kali lima meter dengan dua toilet dan selasar yang cukup luas. Di selasar itu lah Tumini beraktivitas.
Walau hanya sebuah ponten, rupanya tempat tinggalnya itu tidak gratis untuk Tumini. Ia mesti membayar sewa Rp1 juta setiap tahunnya kepada pengelola Jasa Tirta. Bahkan, ia juga membayar listrik.
"Awal bayar sewa Rp1 juta, dinaikkan Rp500 ribu. Sekarang Rp1,5 juta bayarnya di Jasa Tirta Ketintang. Bayarnya ke kapalanya, tp orangnya sudah pensiun. Kepalanya ganti tetap bayar sewa,"ujarnya.
Sudah sejak 2010 ia beraktivitas di ponten itu. Awalnya, Tumini hanya diminta untuk mengelola ponten oleh pihak Jasa Tirta. Setiap pemasukan dari toilet, masuk ke kantongnya.
Tidak ada niat ia menjadikan poten sebagai rumah. Tempat itu hanya ia gunakan sebagai ruang singgah saat lelah. Sebab ia sudah punya rumah di kawasan Kecamatan Wonokromo, Surabaya. "Dulunya gak ditinggali, lama-lama capek riwa-riwi, bawa tiker sambil leyeh-leyeh," kata dia.
Sedikit demi sedikit, Tumini membawa perlengkapan rumah tangganya ke ponten tersebut. Seiring berjalannya waktu, ia pun menjadikan ponten itu sebagai rumah. Terlebih, jarang ada orang yang menggunakan fasilitas toilet. "Ponten nggak selalu ada (yang menggunakan), jenuh duduk, malam tutup. Ditinggali baru-baru ini," terangnya.
Pelan-pelan tempat tersebut juga ia gunakan untuk aktivitas berdagang minuman. Ini karena, pemasukan dari ponten yang dia dapat kian menipis. "Nunggu (orang ke toilet ) jenuh, ambil bawa kompor buat masak sendiri, jual teh sama kopi. Pontennya ya sepi, pemasukannya kurang," jelasnya.
Belakangan, aktivitasnya di ponten itu viral di media sosial. Ia pun harus diangkut oleh petugas setempat dengan dalih penertiban.
Camat Wonokromo, Maria Agustin Yuristina mengatakan, pihaknya telah membawa Tumini kembali ke rumahnya yang berada di Wonokromo. Barang-barang Tumini, juga telah diangkut oleh Satpol PP.
"Mulai semalam dibantu oleh teman-teman Satpol PP untuk mengosongkan bangunan, sehingga pagi ini sudah kosong. Untuk bangunannya kami kembalikan kepada pemilik, yang kebetulan dulu melakukan inisiasi pembangunan dan akan segera kami selesaikan sesuai ketentuan," kata Maria.
Maria juga menambahkan, pihaknya akan memberikan bantuan kepada Tumini agar bisa melakukan aktivitas ekonomi. Tumini menyampaikan kepada ingin kembali berdagang.
“Semalam kami lakukan outreach dan kami lakukan pendekatan, serta upaya apa yang dapat kami lakukan supaya dapat mensupport ekonomi keluarganya. Pihak yang bersangkutan menyampaikan akan berfikir dulu untuk memulai usaha berjualan, kami akan support hal itu," tutur Maria.
Sementara itu, Kasitrantib Kecamatan Wonokromo, Andi Arvianto mengatakan, setelah dilakukan pemindahan barang serta pembersihan di ponten tersebut, pihaknya bersama perangkat wilayah setempat bakal secara rutin melakukan pengawasan di lokasi tersebut.
“Untuk itu kami dari Satpol PP akan secara rutin melakukan patroli diwilayah ini. Upaya ini kami lakukan untuk mencegah supaya ponten umum ini tidak beralih fungsi lagi,” pungkasnya.