7.666,80 Ha Tanaman Padi Jatim Gagal Panen

Surabaya, IDN Times - Ribuan hektare (Ha) lahan tanaman pertanian jenis padi di JawaTimur (Jatim) mengalami gagal panen alias puso. Hal tersebut merupakan dampak dari kekeringan di tengah puncak kemarau yang sedang melanda.
"Tanaman padi, total areal terkena adalah seluas 31.588,94 hektare dengan puso seluas 7.666,80 hektare,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya, Kamis (8/8/2024).
Lebih lanjut, daerah terdampak terluas terjadi di Lamongan seluas 11.736,0 hektare dengan puso 5.335,50 hektare, Gresik seluas 5.954,5 hektare dengan puso 1.477 hektare, Pacitan seluas 5.785,50 hektare tidak terjadi puso.
Kemudian Bojonegoro seluas 5.713,0 hektare dengan puso 92 hektare, Tuban seluas 1.089,4 hektare dengan puso seluas 239,40 hektare. Nganjuk seluas 698,0 hektare dengan puso 204 hektare, Mojokerto seluas 268,5 hektare dengan puso 257,5 hektare dan Jombang seluas 130 hektare dengan puso 20 hektare.
Selain padi, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim juga mencatat tanaman Jagung yang terdampak kekeringan total areal seluas 2.431,50 hektare dengan puso 2,00 hektare.
Daerah terdampak terluas terjadi di kabupaten Tuban seluas 2.286 hektare, Lamongan seluas 84,5 hektare dengan puso 2,00 hektare, Bojonegoro 20 hektar, Trenggalek 18 hektare dan Pacitan 17 hektare.
“Untuk tanaman kedelai, total area terkena seluas 42 hektare terjadi di kabupaten Pacitan,” kata Rudy.
Rudy menambahkan untuk mengatasi kekeringan, pihaknya berkoordinasi dengan kabupaten/kota dalam rangka memaksimalkan capaian target luas tanam mata tanam April-September 2024 yang telah ditetapkan di seluruh kabupaten/kota dengan menyusun agenda gerakan percepatan olah tanah dan percepatan tanam. Kemudian optimalisasi jaringan irigasi.
“Dengan optimalisasi jaringan irigasi diharapkan debit air sampai kepertanaman dengan baik sehingga tanaman dapat berproduksi lebih maksimal. Selain itu juga dilaksanakan peningkatan debit air irigasi melalui rehabilitasi jaringan irigasi tersier,” katanya.
Rudy melanjutkan, pengembangan irigasi pompa baik bantuan pemerintah maupun swadaya, pembuatan embung, serta mendorong perpompaan melalui sumur submersible secara swadaya oleh petani. Kemudian melakukan budidaya tanaman sesuai iklim dan kondisi setempat.
Budidaya itu antara lain dengan menggunakan benih unggul bersertifikat dan memilih varietas umur pendek, tahan hama dan penyakit dan toleran terhadap kekeringan serta mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin terhadap perkembangan luas serangan hama dan penyakit tumbuhan dan dampak kekeringan.
Selain itu optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian. Dengan semakin berkurangnya tenaga kerja/buruh tani disektor pertanian maka solusinya adalah dengan pemanfaan alat mesin pertanian (alsintan) untuk mengolah lahan, menanam, memanen yang lebih efektif dan efisien terutama dalam mempercepat waktu penyiapan lahan, penyiapan tanam serta menekan kehilangan hasil dan bahkan dapat memproses lebih lanjut menjadi bahan jadi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Kemudian menerapkan pola tanam dengan pergiliran padi ke tanaman palawija (jagung, kacang hijau, kedelai) atau tanaman lain yang memungkinkan sesuai dengan keadaan spesifik lokasi. Pemanfaatan Asuransi Usahatani Pangan (AUTP).
"Sehubungan dengan tidak menentunya musim/cuaca saat ini maka diharapkan para petani padi mengikuti AUTP, sehingga saat terkena bencana alam kekeringan/banjir/serangan hama dan penyakit masih bisa melanjutkan usaha taninya dengan memanfaatkan klaim yang diperoleh untuk kembali bercocok tanam,” pungkasnya.