6 SD Negeri di Ngawi Hanya Dapat 1 Murid Baru, MPLS pun Sendirian

- Enam SD negeri di Ngawi hanya menerima satu murid baru, seperti SDN Dempel 1 yang hanya memiliki satu siswa baru, Azzam Khalif Putra.
- Kondisi ini disebabkan oleh sedikitnya lulusan TK di sekitar wilayah dan persaingan antar sekolah, sehingga pemerintah Kabupaten Ngawi akan melakukan regrouping atau penggabungan sekolah sebagai solusi.
- Pemerintah Kabupaten Ngawi akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait minimnya jumlah peserta didik di beberapa SD negeri dan mempertimbangkan regrouping untuk menjaga kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan sekolah.
Ngawi, IDN Times – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) biasanya menjadi momen menyenangkan bagi siswa baru. Tapi tidak bagi Azzam Khalif Putra, siswa kelas satu SD Negeri Dempel 1, Kecamatan Geneng, Ngawi. Bocah 7 tahun ini harus menjalani MPLS sendirian karena ia menjadi satu-satunya murid baru di sekolahnya tahun ini.
Fenomena serupa terjadi di lima sekolah dasar negeri lainnya di Kabupaten Ngawi. Dalam proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025, masing-masing dari enam SD negeri tersebut hanya menerima satu murid baru.
1. Daftar 6 SD yang hanya dapat 1 murid baru

Sekolah-sekolah ini tersebar di empat kecamatan yaitu SDN Dempel 1 (Kec. Geneng), SDN Mojo 1 (Kec. Bringin), SDN Jenggrik 1 (Kec. Kedunggalar), SDN Karangbanyu 3 (Kec. Widodaren), SDN Sidolaju 5 (Kec. Widodaren) dan SDN Kayutrejo 2 (Kec. Widodaren).
Contohnya Azzam, siswa tunggal di SDN Dempel 1, sempat kebingungan saat mengikuti kegiatan sekolah, termasuk saat upacara. “Kemarin dia bingung harus berdiri di mana. Hari ini kami rangkul dan arahkan dalam kegiatan MPLS,” ujar Rumpini, guru di SDN Dempel 1 saat ditemui di sekolah, Selasa (15/7/2025).
Ini disebut bukan hal baru bagi SDN Dempel 1. Dalam dua tahun ajaran sebelumnya, yakni 2021 dan 2023, sekolah ini bahkan tidak mendapatkan murid baru sama sekali. Kondisi ini menjadi keprihatinan serius di tengah menurunnya angka partisipasi sekolah dasar negeri di wilayah tersebut.
2. Penyebab sekolah SD Negeri tak diminati

Menurut Zaenal Fanani, Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngawi, kondisi ini terjadi karena sedikitnya lulusan TK di sekitar wilayah dan persaingan antar sekolah. Banyak orang tua kini memilih sekolah yang dinilai lebih unggul atau berlokasi strategis.
“Ada enam sekolah yang masing-masing hanya dapat satu murid. Ini jadi bahan evaluasi, kemungkinan akan dilakukan regrouping,” ujarnya.
Selain enam sekolah yang sepi murid, empat SD negeri lainnya juga hanya mendapatkan dua siswa, yaitu SDN Kayutrejo 3 (Kec. Widodaren), SDN Gempol 1 (Kec. Karangjati), SDN Tulakan 6 (Kec. Sine) dan SDN Dampit 3 (Kec. Bringin).
3. Sekolah bakal diregrouping

Menyikapi fenomena ini, pemerintah Kabupaten Ngawi menyatakan akan segera melakukan evaluasi menyeluruh. Regrouping atau penggabungan sekolah dipertimbangkan sebagai solusi untuk mengatasi minimnya jumlah peserta didik, serta menjaga kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan sekolah.