Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
20251216_150041.jpg
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa melepas transmigran Jatim ke 3 provinsi Indonesia Timur. IDN Times/Ardiansyah Fajar.

Intinya sih...

  • Adam (31) memilih transmigrasi ke Sulawesi Barat bersama keluarganya, meninggalkan kehidupan mapan di Jawa Timur.

  • Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberangkatkan 55 jiwa transmigran dari 16 kepala keluarga ke tiga wilayah Indonesia Timur.

  • Transmigrasi masih relevan sebagai strategi pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan menurut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times – Adam (31) duduk santai di samping sebuah bus berwarna ungu yang terparkir rapi di halaman Kantor Gubernur Jawa Timur, Selasa (16/12/2025). Siang itu, ia tampak tenang. Sesekali rokok di tangannya dihisap dalam-dalam, lalu asapnya dilepas perlahan ke udara, seolah ikut membawa beban yang selama ini ia pendam.

Hari itu bukan hari biasa bagi Adam. Di balik ketenangannya, ada keputusan besar yang sedang ia jalani. Meninggalkan Jawa Timur untuk memulai hidup baru di tanah seberang.

Bersama istri dan anaknya yang masih berusia tiga tahun, Adam akan berangkat ke Desa Taramanu Tua, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia menjadi satu dari puluhan warga Jawa Timur yang memilih jalur transmigras. Jalan sunyi yang bagi sebagian orang terasa berisiko, tapi bagi Adam justru penuh harapan.

“Tekadku sudah bulat. Aku dan keluarga kecilku memilih jadi transmigran,” ujar Adam, sembari membenarkan topi yang menutupi kepalanya.

Keputusan itu tidak datang tanpa pengorbanan. Di Nganjuk, Adam sebenarnya telah memiliki kehidupan yang mapan. Ia bekerja sebagai karyawan tetap di sebuah pabrik kabel, memiliki rumah, bahkan beternak kambing sebagai usaha sampingan. Istrinya pun bekerja.

Namun semuanya ia lepaskan. “Aku resign. Istri juga aku suruh berhenti kerja. Kita sepakat memulai dari nol di tempat baru,” katanya lirih, tapi mantap.

Di lokasi transmigrasi nanti, Adam dan keluarganya akan difasilitasi pemerintah dengan rumah tinggal serta lahan usaha seluas hingga 2 hektare. Pada tahun pertama, 1 hektare lahan akan lebih dulu digarap, disertai bantuan kebutuhan pokok. Namun bagi Adam, fasilitas itu bukan tujuan utama. Ia datang dengan bekal keyakinan dan keterampilan.

Pengalaman beternak kambing sudah lama ia geluti. Bahkan, demi memantapkan diri, Adam menyempatkan belajar di Kampung Coklat, Blitar, selama sebulan. Ia ingin memastikan, langkah besarnya kali ini tidak hanya berani, tetapi juga terencana.

“Insyaallah ilmu yang aku punya bakal aku terapkan di sana,” ucapnya penuh optimisme.

Adam pun berpesan kepada keluarga besarnya di Nganjuk agar tak khawatir. Ia percaya, keputusan pergi bukan berarti melupakan. Suatu hari nanti, ia akan kembali, sekadar singgah, menengok orang tua dan sanak saudara.

Adam bukan satu-satunya yang memilih jalan ini. Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara resmi memberangkatkan 55 jiwa transmigran yang berasal dari 16 kepala keluarga (KK) dan tersebar di 15 kabupaten/kota di Jatim.

Mereka akan ditempatkan di tiga wilayah Indonesia Timur. Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan; Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat; serta Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jatim, Sigit Priyono, menjelaskan bahwa seluruh peserta telah melalui proses seleksi ketat dan pembekalan dalam program Trans Karya Nusantara. “Dari 15 kabupaten, mereka diseleksi, dimantapkan, bahkan ada yang kami kirim mengikuti pelatihan ketahanan di Bandung,” ujar Sigit di Kantor Gubernur Jatim.

Menurutnya, para transmigran tidak dilepas begitu saja. Pemerintah pusat dan daerah akan mendukung penuh, mulai dari infrastruktur, pendampingan pertanian, hingga pengawalan selama tahun pertama. Dukungan melibatkan lintas kementerian, akademisi ITS, Universitas Gadjah Mada, hingga Universitas Brawijaya.

Setiap keluarga akan mendapatkan lahan usaha seluas 1–2 hektare untuk dikembangkan sesuai potensi wilayah. Di Sidrap, lahan direncanakan untuk perkebunan jeruk. Sementara di Halmahera Tengah, transmigran akan diarahkan mengembangkan pertanian melon. “Pendampingan akan kami lakukan terus, termasuk soal kondisi tanah dan keasaman. Minimal satu tahun pertama akan kami kawal,” tegas Sigit.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan, transmigrasi masih relevan sebagai strategi pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

“Program transmigrasi memegang peranan strategis dalam pemerataan pembangunan nasional,” kata Khofifah. Menurutnya, selain membuka lapangan kerja baru, transmigrasi juga menjadi pintu lahirnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah tujuan.

Editorial Team