372 Hektare Padi di Ngawi Terendam Banjir Tak Tercover Asuransi

Ngawi, IDN Times – Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo menggenangi 372 hektare lahan pertanian padi di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ironisnya, seluruh lahan tersebut tidak terdaftar dalam Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), membuat para petani tidak dapat mengklaim kerugian mereka.
1. Kecamatan Mantingan terdampak paling luas

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi, sawah-sawah terdampak tersebar di tujuh kecamatan, dengan Kecamatan Mantingan menjadi wilayah yang paling parah. Sebanyak 220 hektare sawah di wilayah ini terendam, mayoritas ditanami padi yang hampir memasuki masa panen.
"Tak satu pun lahan sawah yang ditanami padi maupun jagung didaftarkan dalam program AUTP, meski kami sudah sering menyosialisasikannya,” ujar Hasan Zunairi, Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPP Ngawi, Rabu (22/1/2025).
2. Padi terancam puso

Hasan menjelaskan bahwa petani hanya membayar premi AUTP per musim tanam, bukan per tahun. Namun, kebanyakan dari mereka hanya mendaftar pada musim tertentu, sehingga sawah mereka kini tidak terlindungi.
"Banjir yang berlangsung lebih dari tiga hari ini berisiko menurunkan kualitas gabah atau bahkan menyebabkan puso,” jelas Hasan. Hal ini semakin memperparah kondisi petani yang tidak memiliki perlindungan asuransi.
3. Pemkab janjikan bantuan benih

Dalam bencana banjir ini, pemkab Ngawi berjanji akan memberikan bantuan benih baru untuk petani yang terdampak. Pendataan kerusakan lahan telah dilakukan agar bantuan ini segera dapat diajukan ke pemerintah pusat.
"Kami berharap langkah ini dapat meringankan beban petani sekaligus menjadi pembelajaran penting untuk mendaftarkan lahan mereka dalam program AUTP ke depannya,” pungkas Hasan.