Surabaya, IDN Times - Sebanyak 3.186 siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jawa Timur mengikuti program magang ke luar negeri. Program Dinas Pendidikan Provinsi Jatim itu merupakan langkah untuk mengoptimalkan keterserapan tenaga kerja dari luluasan SMK.
"Bayangkan hampir 5000 anak anak kita akan menyerbu pasar global yang tersebar di 11 negara. Seperti Jepang, Korea, Jerman, Malaysia, Singapura, Australia, Arab Saudi, China, Bulgaria, Brunei Darussalam dan Taiwan," Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Aries Agung Paewai, Jumat (5/12/2025).
Upaya tersebut dilakukan agar mereka bisa bersaing dengan tenaga asing. Meski begitu, Aries mengakui bahwa tantangan pelajar SMK adalah bahasa.
"Ini tentu capaian besar kita. Tapi kita juga dihadapkan pada tantangan bahwa bahasa menjadi tantangan untuk anak-anak kita saat berebut peluang kerja di industri global," ungkapnya.
Salah satu upaya itu, dengan memperkuat tiga langkah strategis. Aries menyatakan langkah pertama adalah memperkuat link and match antara SMK dan dunia industri. Ia mendorong sekolah untuk menghadirkan lebih banyak keterlibatan industri dalam proses pembelajaran, mulai dari pemberian materi, teknik kejuruan, hingga praktik langsung. Menurutnya, penguatan ini menjadi kunci agar lulusan memiliki kompetensi yang sesuai kebutuhan pasar kerja.
Langkah kedua, percepatan sertifikasi dan penyediaan mikro-kredensial bagi siswa serta calon pekerja migran. Dalam konteks ini ia menekankan pentingnya “paspor kompetensi” yang diakui secara profesional, terutama bagi lulusan yang akan bersaing di pasar global.
"Karakter dan disiplin tetap menjadi modal utama agar lulusan dapat bertahan, termasuk dalam program magang luar negeri, berapa siswa pernah dipulangkan dari Jepang karena kurang disiplin,";
Strategi ketiga adalah memperluas perlindungan dan akses pasar kerja, termasuk bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dindik Jatim berharap masukan dari para PMI dapat membantu penyempurnaan program magang agar berkelanjutan dan berujung pada penempatan kerja setelah siswa lulus. Pasalnya, sebanyak 26–27% pekerja migran Indonesia berasal dari Jawa Timur.
"Saat ini kita memerlukan penguatan dan mendorong secara masif sertifikasi kompetensi, peningkatan keahlian bahasa asing serta mendorong pengetahuan budaya & regulasi negara tujuan. Ini penting bagi kita untuk menyiapkan anak-anak bekerja di pasar global,"tegas Aries.
"Berapa sektor industri saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja. Misalnya saja di sektor otomotif termasuk kendaraan listrik, manufaktur modern, logistik, pariwisata, hingga industri kreatif dan kesehatan & farmasi industri," jelas dia.
Dalam kesempatan tersebut, Aries juga meminta sekolah memperkuat peran Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK. Ia menilai BKK harus lebih agresif dalam menjembatani siswa dengan peluang kerja, bukan sekadar menjadi ruang formalitas. Selain itu, ia menekankan pentingnya pembaruan kurikulum sesuai kebutuhan industri dan pembentukan budaya kerja profesional bagi siswa.
"Kita bersama-sama berkomitmen dalam menggenjot keterserapan tenaga kerja dari lulusan SMK. Maka itu saya harapkan kurikulum harus terus di update sesuai industri. Sekolah juga harus memberikan penanaman budaya kerja profesional serta literasi digital dan literasi etik kerja. Ini penting untuk bekal anak-anak kita,"pungkasnya.
