Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250826-WA0131.jpg
Dialog soal penanangan penyalahgunaan narkoba pada anak di Surabaya (IDN Times/Khusnul Hasana)

Intinya sih...

  • Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya mencatat 21 anak terlibat penyalahgunaan NAPZA, dengan peningkatan kasus narkoba dari 70 menjadi 423 kasus dalam dua tahun.

  • Faktor kurangnya perhatian orang tua dan kebutuhan akan cinta membuat anak rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA, sehingga mereka memerlukan pengasuhan positif dan soft skill.

  • Hingga kini belum ada tempat rehabilitasi khusus anak di Surabaya, mayoritas menjalani rehabilitasi dengan cara rawat jalan. Pemerintah didorong untuk menyediakan tempat rehabilitasi NAPZA bagi anak.

  • Sebanyak 21 anak di Surabaya terlibat penyalahgunaan NAPZA, namun belum ada tempat rehabilitasi khusus untuk mereka.

  • Jumlah kasus narkoba di Surabaya meningkat drastis dari 70 kasus pada tahun 2023 menjadi 423 kasus pada tahun 2025.

  • Kurangnya perhatian orang tua dan kurangnya pengasuhan positif menjadi faktor anak terlibat penyalahgunaan NAPZA. Mayoritas anak menjalani rehabilitasi dengan cara rawat jalan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya mencatat, sepanjang tahun 2025 ada sebanyak 21 anak terlibat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain (NAPZA). Tetapi, hingga kini di Surabaya belum ada tempat untuk rehabilitasi.

Kepala BNNK Surabaya, Kombes Pol Heru Prasetyo mengatakan, catatan BNNK Surabaya kasus narkoba terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2023 jumlah kasus narkoba di Surabaya adalah 70 kasis. Kemudian di tahun 2025 naik enam kali lipat menjadi 423 kasus. "Di tahun 2025, sampai bulan Agustus angkanya 688 kasus," ujar Heru, Selasa (26/8/2024).

Sementara untuk anak yang terlibat kasus narkoba pada tahun 2024 adalah 26 orang. Lalu di tahun 2025 21 orang. "Pada periode tahun 2025 ini, data pada BNN Kota Surabaya jumlah klien anak sebanyak 21 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 5 lima orang perempuan," ungkap Heru.

Sementara itu, Direktur Plato Foundation, Dita Amalia menyebut, ada berbagai faktor anak bisa terlibat penyalahgunaan NAPZA. Salah satunya karena kurangnya perhatian orang tua.

"Selama anak tidak pernah mendapatkan kalau di psikologi itu love of language gitu ya.Ini anak-anak yang terus semakin jauh dari orang tuanya dan akan terus mencari coping stress yaitu lewat narkoba," ungkapnya.

Saat ketahanan anak-anak rendah, kemudian tak memiliki regulasi positif dalam dirinya serta tidak punya komunikasi asertif, maka mereka sangat rentan terhadap penyalahgunaan. Untuk itu, anak harus mendapatkan pengasuhan yang positif dari orang tua.

"Anak-anak perlu dibekali soft skill, keluarga perlu dibekali skill pengasuhan positif. Karena banyak anak anak-anak hari ini yang tidak betah di rumah ya itu karena orang tua tidak mampu memberi ruang yang aman dan nyaman bagi anak," tutur dia.

Walaupun saat ini angka penyalahgunaan NAPZA pada anak di Surabaya cukup tinggi, hingga kini belum ada tempat rehabilitasi khusus anak. Bahkan, mayoritas mereka menjalani rehabilitasi dengan cara rawat jalan.

Dita pun mendorong pemerintah untuk menyediakan tempat rehabilitasi NAPZA bagi anak. "Saya berharap pemerintah ada itu (rumah rehabilitasi untuk ada ya," pungkas dia.

Sementara itu, Staf Ahli Wali Kota Surabaya bidang hukum, politik dan pemerintahan, Maria Theresia Ekawati Rahayu mengatakan, Pemkot Surabaya telah memiliki Rumah Perubahan untuk anak-anak yang mengalami masalah sosial. Rumah Perubahan itu menjadi cikal dari rehabilitasi anak yang terlibat NAPZA.

"Rumah Perubahan itu adalah embrio dari shelter (rumah rehabilitasi), kenapa Surabaya belum membangun shelter, ternyata tidak mudah membangun shelter, niat, lokasi ada, ternyata tidak semua masyarakat mendukung," pungkas dia.

Editorial Team