Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251006-WA0031.jpg
Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol M Khusnan Marzuki saat konferensi pers. Dok. Istimewa.

Intinya sih...

  • Proses identifikasi korban ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo memasuki tahap akhir.

  • Sebanyak 14 sampel DNA terakhir dikirim ke Laboratorium Mabes Polri di Jakarta untuk memastikan setiap jenazah korban teridentifikasi secara valid dan ilmiah.

  • Tim DVI Polda Jatim telah menerima 67 kantong jenazah, 34 di antaranya berhasil teridentifikasi, sementara masih ada 31 kantong jenazah yang diidentifikasi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Proses identifikasi korban ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, memasuki tahap akhir. Sebanyak 14 sampel DNA terakhir dikirim Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur (Jatim) ke Laboratorium Mabes Polri di Jakarta, Selasa (7/10/2025).

“Khusus hari ini, tadi pagi ada 14 sampel DNA korban, dan itu terakhir. Mudah-mudahan tidak ada lagi kiriman dari Sidoarjo,” ujar Kabiddokkes Polda Jatim, Kombes Pol M. Khusnan Marzuki, di RS Bhayangkara, Surabaya, Rabu (8/10/2025).

Khusnan memastikan proses identifikasi berjalan lancar tanpa kendala berarti. Tim DVI, kata dia, bekerja sesuai standar internasional untuk memastikan setiap jenazah korban teridentifikasi secara valid dan ilmiah. “Bagi kami, DVI Polda Jatim tidak ada kendala pada prinsipnya. Kita melakukan sesuai kaidah-kaidah DVI internasional,” tegasnya.

Proses identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data ante mortem dan post mortem, termasuk melalui data primer seperti gigi dan rambut, serta data sekunder seperti pakaian dan barang pribadi. “Tes DNA juga dilakukan untuk memastikan hasilnya akurat,” tambahnya.

Hingga Selasa (7/10/2025), tim telah menerima 67 kantong jenazah, dan 34 di antaranya berhasil teridentifikasi. Saat ini masih ada 31 kantong jenazah yang diidentifikasi. Meski demikian, Khusnan enggan memerinci apakah seluruh korban yang teridentifikasi merupakan santri.

“Kami hanya mengidentifikasi berdasarkan kepemilikan keluarga. Soal santri atau bukan, itu bukan wewenang kami,” pungkasnya.

Editorial Team