Cara Polda Jatim Cegah Terorisme Pasca Bom Surabaya

Tiga pilar masyarakat menjadi cara efektif untuk cegah teror

Surabaya, IDN Times - Wakapolda Jawa Timur, Brigjen Pol. M. Iqbal, menjelaskan berbagai pendekatan baru dalam upaya mencegah teror pasca insiden bom Surabaya yang menewaskan sekitar 28 orang. Pendekatan ini tidak lepas dari kepemimpinan baru Polda Jawa Timur di bawah naungan Irjen Pol. Luki Hermawan sebagai Kapolda dan Brigjen Pol. M. Iqbal sebagai Wakapoldanya.  

Menurut Iqbal penguatan tiga pilar pembina masyarakat desa, Bintara TNI Pembina Desa (Babinsa), Bintara Polri Pembina Ketentraman, dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) serta Lurah dan Kepala Desa, menjadi cara yang paling efektif dalam mencegah aksi terorisme. 

"Kami memiliki tiga pilar, Babinsa, Babinkamtibmas, dan Lurah, nah itu yang sekarang semakin dikuatkan pasca bom Surabaya," kata Iqbal kepada IDN Times di kantornya.   

Baca Juga: Kapolri: Sejak Bom Surabaya, 200 Teroris Ditangkap

1. Tiga pilar sebagai back bone Polri

Cara Polda Jatim Cegah Terorisme Pasca Bom SurabayaIDN Times/Ardiansyah Fajar

Peran tiga pilar dirasa sangat penting karena keseharian mereka yang berinteraksi langsung dengan masyarakat. Oleh sebab itu, mereka dituntut untuk lebih mengenal lingkungannya dan aktif melaporkan apabila menemukan hal-hal yang tidak wajar.  

"Kami mengidentifikasi teror melalui tiga pilar itu ya. Jadi mereka harus tahu betul setiap warganya, di mana mereka tinggal, apa pekerjaannya, bukan hanya mengenal. Hingga konstruksi kehidupan warganya mereka harus tahu, itu yang jadi penguatan," tambahnya.  

2. Analisa dan evaluasi rutin secara berkala

Cara Polda Jatim Cegah Terorisme Pasca Bom SurabayaIDN Times/Ardiansyah Fajar

Setelah mengenal konstruksi lingkungannya, mereka juga harus memberikan laporan secara berkala kepada Polri di setiap tingkatan. "Tiga pilar berperan penting dalam scanning wilayah supaya bisa dimonitor secara berjenjang oleh instansi terkait. Nanti ada analisa dan evaluasi (Anev) bulanan, kasarnya tetangga kanan-kirinya mereka harus kenal. Ini penting soalnya Jawa Timur ini Poldanya terbesar, menaungi 39 Polres," terang mantan Karopenmas Mabes Polri ini.  

Keterangan yang didapat dari tiga pilar nantinya akan disesuaikan dengan informasi yang masuk dari intelijen serta Detasemen Khusus (Densus) 88. “Kami terus bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88, kemudian Satgaswil di setiap Polda-Polda. Jadi fungsi kepolisian berjalan bersamaan. Poinnya adalah tiga pilar bukan hanya melaporkan kriminal biasa, mereka juga penting dalam upaya merubah mindset dari yang tadinya mau ke kiri bisa lurus lagi ,” beber dia.  

3. Memperkuat kerja sama lintas instansi

Cara Polda Jatim Cegah Terorisme Pasca Bom SurabayaIDN Times/Vanny El Rahman

Iqbal menegaskan, pencegahan teror bisa dioptimalisasi ketika kerja sama antar instansi semakin solid. Kerja sama dengan pemerintah kota dan daerah menjadi poin penting dalam memberantas bibit-bitit terorisme.  

“Saya kira Ibu Risma ini out of the box ya. Dia benar-benar mengelola Surabaya di segala aspek. Bisa kita lihat, gak ada pengamen di jalan, gelandangan, pengangguran, itu semua dikelola oleh pemerintah kota. Secara otomatis, itu menurunkan angka kriminalitas karena embrionya dikelola dengan serius,” ujar polisi yang juga pernah menjabat Kapolrestabes Surabaya ini.  

Baca Juga: Pasca-insiden Mako Brimob dan Bom Surabaya, Polri Tangkap 270 Orang

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya