Arsitektur Masjid Cheng Hoo, Perpaduan Islam, Tionghoa, dan Nasrani

#RamadanMasaKini, salah satu wisata religi di Surabaya

Surabaya, IDN Times- Masjid Muhammad Cheng Hoo terletak di Jalan Gading No. 2 Ketabang, Genteng. Dari Balai Kota Surabaya, hanya terpaut 1,5 kilometer atau lima menit bila ditempuh menggunakan kendaraan bermotor. Sejak diresmikan pada 28 Mei 2003, Masjid Cheng Hoo menjadi salah satu primadona wisata di Kota Pahlawan.

Arsitekturnya yang menyajikan akulturasi budaya Islam dengan Tionghoa seakan sulit untuk tidak mencuri perhatian. Warna merah dan hijau dibalut kalimat thayyibah dengan ornamen khas Cina kian menjadi daya pikat masjid yang memiliki luas bangunan 11 x 9 meter ini. Masjid ini juga memiliki fasilitas olahraga di halaman depannya. Sehingga, luas totalnya mencapai 21 x 11 meter dengan kapasitas maksimal hingga 3000 jamaah.

Tidak ketinggalan miniatur kapal dan relief Laksamana Cheng Hoo di sayap masjid. Rasanya, tidak ada satupun sisi dari rumah ibadah ini yang menarik untuk diamati. Lantas, adakah makna di balik kreasi tangan Aziz Johan, sang arsitek asal Bojonegoro. Yuk simak ulasannya di bawah ini.

1. Ukuran bangunan masjid 11 x 9 meter terinspirasi dari Ka’bah dan Wali Songo

Arsitektur Masjid Cheng Hoo, Perpaduan Islam, Tionghoa, dan NasraniIDN Times/Vanny El Rahman

Sang pendiri, HMY Bambang Sujanto, terinspirasi dari Masjid Niu Jie yang berdiri kokoh di Beijing sejak 996 masehi. Adapun panjang bangunan 11 meter ternyata terinspirasi dari Ka’bah ketika pertama kali didirikan oleh Nabi Ibrahim. Sementara, lebarnya 9 meter adalah bentuk penghormatan terhadap Wali Songo yang telah mensyiarkan Islam di tanah Jawa.

“Arsitekturnya yang menyerupai kelenteng itu adalah gagasan untuk menunjukkan identitas muslim Tionghoa di Indonesia sekaligus untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Buddha,” terang Liem Fuk Shan, Ketua Pelaksana Harian Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia kepada IDN Times,  Jumat (10/4).

2. Langit-langit bangunan berbentuk segi delapan

Arsitektur Masjid Cheng Hoo, Perpaduan Islam, Tionghoa, dan NasraniIDN Times/Vanny El Rahman

Memasuki bangunan masjid, mungkin sedikit yang sadar bila langit-langitnya dikelilingi oleh tulisan Allah melalui delapan sisi. Dalam kepercayaan Tionghoa, angka delapan (disebut Fat) dianggap membawa keberuntungan dan kejayaan. “Karena angka delapan itu gak ada ujungnya, berbeda dari angka-angka yang lain,” imbuh Liem.

Tatkala Nabi Muhammad bersama Abu Bakar hijrah ke Madinah mereka sempat dikejar oleh kaum kafir Quraisy. Untuk melindungi diri, mereka bersembunyi di Goa Tsur yang atas izin Allah jejaknya ditutupi oleh sarang laba-laba yang serupa segi delapan.

Baca Juga: 7 Masjid Terapung dengan Panorama Air Terbaik di Dunia, Cantik Banget!

3. Tempat imam dibentuk serupa pintu gereja

Arsitektur Masjid Cheng Hoo, Perpaduan Islam, Tionghoa, dan NasraniIDN Times/Vanny El Rahman

Masjid ini ternyata juga memasukkan unsur Nasrani pada tempat sang imam memimpin salat. Pahatan keramik yang menempel pada dinding dibentuk serupa pintu gereja.

“Itu menunjukkan bahwa Islam mengakui dan menghormati keberadaan Nabi Isa sebagai utusan Allah yang menerima Kitab Injil. Juga menunjukkan bahwa Islam mencintai hidup damai, saling menghormati dan tidak mencampuri urusan kepercayaan orang lain,” papar dia.

4. Relief Cheng Hoo mengingatkan supaya tidak sombong

Arsitektur Masjid Cheng Hoo, Perpaduan Islam, Tionghoa, dan NasraniIDN Times/Vanny El Rahman

Ihwal pahatan dan miniatur kapal Laksamana Cheng Hoo, relief tersebut mengingatkan supaya manusia tidak sombong. Sebagaimana diketahui, Cheng Hoo sudah berkali-kali menarungi luasnya samudera namun dia tetap menjadi pribadi yang saleh dan rendah hati.

Liem menuturkan, “Pesannya juga supaya muslim Tionghoa di Indonesia, pada khususnya, agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam.”

Baca Juga: Cheng Hoo, Masjid yang Berdiri dari Donasi Berbagai Etnis dan Agama

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya