Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran Surabaya

Tak sebesar yang lainnya, tetapi fungsinya luar biasa

Surabaya, IDN Times - Bicara soal tempat peninggalan bersejarah atau heritage di Surabaya seolah tiada habisnya. Meski berlabel kota metropolitan, Surabaya masih menyimpan bangunan-bangunan sarat histori di balik hingar bingarnya. Salah satunya adalah stasiun Mesigit yang berada di Kelurahan Jepara, Kecamatan Bubutan, Surabaya. 

Berada di kawasan permukiman padat, stasiun Mesigit sebenarnya lebih mirip sebuah rumah warga ketimbang tempat pemberhentian kereta. Maklum, luasnya hanya sekitar 15x6 meter ini. Meski kecil, stasiun ini masih berfungsi. Bedanya, jika dulu Mesigit digunakan untuk mengangkut penumpang, saat ini fungsinya beralih menjadi stasiun transit bagi kereta barang yang hendak berhenti ke Stasiun Kalimas misalnya. 

“Fungsi Mesigit ini hanya sebagai percabangan jalur kereta api dari Stasiun Sidotopo yang mengarah ke Stasiun Kalimas. Gak pernah disini muat penumpang dari dulu,” kata seorang penjaga yang tak mau disebutkan namanya, saat ditemui IDN Times, Rabu (29/1).

1. Tak pernah mengalami perombakan

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaDaripada sebuah stasiun, Mesigit lebih mirip rumah warga. IDN Times/Tarida Alif

Bangunan kokoh ini tak pernah mengalami perombakan sejak difungsikan pada 1901. Hanya saja, stasiun ini mengalami penyusutan luas karena permukiman setempat yang terus tumbuh.  “Masih asli semua bangunan di sini mbak. Malah dulu lebarnya sampai rumah sebelah ini,” ujarnya.

Penampakan di dalam stasiun ini pun tak mirip dengan stasiun pada umumnya. Tak ada peron, loket karcis atau ruang kepala stasiun. Ruang pengap tanpa sekat itu hanya berisi mesin pengendali rel, tempat istirahat, serta toilet. 

2. Lalu lalang kereta masih padat

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaKereta saat melintasi stasiun Mesigit (29/1). IDN Times/Tarida Alif

Meski hanya sebagai percabangan jalur dan biasa disebut pos, stasiun ini masih memiliki traffic yang cukup padat. Dengan dua jalur yang melewati stasiun ini, sebanyak 25 kali pulang pergi kereta barang selalu melintasi stasiun yang letaknya terpencil ini.

“Sehari kita ada 3 kali ganti shift, tiap shiftnya 3 orang. Cukup untuk mengatasi traffic 56 kereta yang lewat,” kata dia.

3. Anggap tak bahaya karena masyarakat sudah terbiasa

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaSeorang warga melintas di sekitar Stasiun Mesigit (29/1). IDN Times/Tarida Alif

Stasiun yang letaknya ada pada kawasan Surabaya utara ini hanya dilewati kereta barang. Kecepatan kereta yang melintas di sana pun dibatasi hanya 50 km/jam. Meski lambat, laju kereta tetap saja membahayakan. Terlebih warga setempat kerap melintas.

“Stasiun ini kan sudah ada sejak zaman belanda, jadi sepertinya warga sekitar sudah terbiasa. Terlebih, kecepatan kereta ini lamban,” katanya.

4. Warga juga mengaku tak pernah khawatir

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaSeorang warga menunggu kereta melintas di Stasiun Mesigit (29/1). IDN Times/Tarida Alif

Pernyataan itu pun diamini oleh warga sekitar. Mereka menganggap bahwa lalu lalang kereta api di sana sudah menjadi bagian hidupnya. Sumariyani (50) misalnya, perempuan yang berjualan di depan gang arah masuk stasiun Mesigit ini mengungkap bahwa dirinya tak pernah memberikan arahan bagi sanak keluarganya untuk hati-hati saat menyeberang lintasan sepur.

“Sudah biasa, saking lamanya menetap di sini meskipun bukan warga asli ini. Ndak pernah saya larang anak anak main main sekitar situ. Keliahatannya mereka juga sudah paham” katanya.

Seorang bocah kelas 6 SD bernama Arif juga mengatakan hal serupa. Ia mengaku  tak takut dengan adanya kereta yang lalu lalang di sekitar rumahnya. “Dulu sih takut, pas masih kecil. Sekarang udah biasa. Soalnya setiap hari lihat kereta lewat,” ucapnya sambil menyeruput es.

5. Mesigit punya sejarah panjang

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaStasiun Mesigit, Surabaya. Dokumentasi Universiteit Leiden Belanda

Kondisi stasiun Mesgit saat ini sangat berbeda dengan fungsinya saat pertama kali dibangun. Setidaknya hal itu terlihat dalam sebuah foto pada dokumen Vervolg op De Verzameling van Consessievoorwaarden der Particuliere Spoorwegen en Tramwegen met Machinale Beweegkracht milik Universiteit Leiden Belanda. Pada gambar itu terlihat ada beberapa pintu akses masuk. Sementara di depannya terdapat tiga rel yang melintang.

Dokumen yang dikeluarkan oleh Departement Van Gouvernementsbedrijven pada tahun 1914 menyebutkan bahwa Stasiun Mesigit dibangun bersamaan dengan selesainya jalur dari Gundih menuju Surabaya Pasarturi. Pembangunannya juga bersamaan dengan pembangunan Stasiun Kalimas pada 1900.

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaKesamaan bangunan stasiun Mesigit dulu dengan saat ini. Universiteit Leiden/IDN Times/Tarida Alif

Salah satu yang memiliki salinan dokumen tersebut adalah komunitas pencinta kereta api Sahabat Kereta. Ais Mukhammad, salah satu anggota komunitas mengatakan bahwa bangunan yang nampak sekarang merupakan Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). 

"Sepertinya yang bangunan di sebelah Stasiun Mesigit yang sekarang, itu adalah mesigit yang dulu. Terlihat dari kanopinya yang ada di samping stasiun sekarang," tambah Ais.

Baca Juga: Kampung 1001 Malam, Permukiman Tanpa Cahaya di Kolong Tol Dupak

6. Tetap harus dijaga meski tak perlu perhatian ekstra

Mesigit, Stasiun Mini Berusia Seabad Lebih di Pinggiran SurabayaKeadaan stasiun Mesigit di wilayah Bubutan (29/1). IDN Times/Tarida Alif

Anggota komunitas Sahabat Kereta lainnya, Muhammad Ersan mengatakan bahwa berdasarkan dokumen yang mereka miliki, Mesugit dahulunya stasiun merupakan jenis stasiun Pulau yang letaknya berada ditengah-tengah 4 jalur kereta pada zaman Belanda.

"Satu jalur yang lainnya sepertinya sudah tertimbun bangunan rumah penduduk sekitar" katanya. Ia juga meyakini bahwa dahulunya stasiun ini juga memuat penumpang. "Dari dokumen yang kami miliki, dulunya stasiun ini juga memuat penumpang. Terlihat seperti stasiun pada umumnya juga sekarang." 

Karena berbeda dengan stasiun pada umumnya baik dari segi fasilitas dan bangunannya, ia mengatakan bahwa stasiun ini perlu tetap dilestarikan meski tak perlu perhatian ekstra.

"Karena kebutuhannya tidak untuk mengangkut penumpang, stasiun ini hanya memerlukan perawatan operasional saja. Berbeda fasilitas tentu berbeda juga perawatannya," tambahnya.

Baca Juga: Gedung Setan Surabaya, Miniatur Indonesia yang Tersembunyi

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya