Keluarga Korban Lakukan Aksi di Gate 13 Stadion Kanjuruhan

Mereka menangisi keadilan yang tak kunjung didapatkan

Malang, IDN Times - Puluhan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan melakukan aksi untuk mengenang 8 bulan tragedi memilukan ini. Mereka datang dengan membawa bunga dan poster wajah para korban untuk dipasang di gate 13 Stadion Kanjuruhan. Mereka memprotes kenapa poster-poster wajah para korban yang sempat mereka pasang dilepas oleh orang tak dikenal.

Isak tangis tidak bisa dibendung ketika mereka mengenang anak-anak mereka yang tewas pada tragedi pada 01 Oktober 2022 ini. Setelah menabur bunga, para keluarga korban melanjutkan dengan doa bersama di depan pintu tribun yang paling banyak memakan korban ini.

1. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menolak pembongkaran Stadion Kanjuruhan

Keluarga Korban Lakukan Aksi di Gate 13 Stadion KanjuruhanRini Hanifah (paling kiri), Isatun Saadah (tengah), dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan lainnya. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Dalam kesempatan tersebut, mereka menyuarakan penolakan pada rencana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang berencana membongkar dan merenovasi Stadion Kanjuruhan. Mereka ingin stadion berkapasitas 38 ribu orang ini dijadikan museum. Sehingga mereka bisa selalu mengenang saat-saat terakhir keluarga mereka.

"Kita menolak pembongkaran Stadion Kanjuruhan, karena kita ingin stadion ini dijadikan museum. Kita hanya ingin ini jadi monumen, sehingga anak cucu kita tahu terkait tragedi persepakbolaan di Arema ini," terang Isatun Saadah (25) warga Pagelaran, Kabupaten Malang yang merupakan kakak dari korban meninggal Wildan Ramadani (16) saat aksi yang digelar pada Sabtu (03/06/2023).

Ia mempertanyakan kelanjutan keadilan bagi keluarga mereka jika Stadion Kanjuruhan yang jadi saksi bisu tragedi yang menewaskan 135 jiwa ini dibongkar. Padahal rekonstruksi saja belum dilakukan di stadion ini, tapi hanya di halaman Polda Jawa Timur.

"Karena keadilan nyata-nyata tidak didapatkan untuk anak-anak kami di Bumi Arema ini. Kalau dibongkar, bagaimana nasib anak-anak kami yang mendukung Arema, sedangkan keadilan tidak ada untuk anak kami," ujarnya.

Baca Juga: Keluarga Korban Kanjuruhan Temui Kejati, Bahas 3 Poin

2. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menuntut Laporan Model B berjalan kembali

Keluarga Korban Lakukan Aksi di Gate 13 Stadion KanjuruhanKeluarga korban saat melakukan tabur bunga di gate 13 Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Mereka juga menuntut agar Laporan Model B bisa bergulir kembali. Pasalnya laporan yang sudah masuk di Polres Malang sejak November 2022 berakhir hambar saat ini. Mereka resah karena satu-satunya perjuangan menuju keadilan untuk para korban justru kini macet di tengah jalan.

"Laporan model B harus dilanjutkan terus, karena anak-anak kami tidak mati karena angin. Anak-anak kami nyata dibunuh, dibantai. Anak kita tidak demo tapi mencari hiburan untuk mendukung Arema, kenapa malah dibantai, apa salah mereka," tegas Rini Hanifah (37) warga Purwosari, Kabupaten Pasuruan orang tua dari Agus Riansyah (20) yang juga jadi korban meninggal Tragedi Kanjuruhan.

Dalam Laporan Model B mereka menuntut rekonstruksi dilakukan secara transparan di Stadion Kanjuruhan. Mereka merasa ada kejanggalan jika tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan justru rekonstruksinya di halaman Polda Jawa Timur. Ia menyatakan terlalu banyak kejanggalan dalam Laporan Model A Tragedi Kanjuruhan.

"Usut tuntas belum tuntas! Tetap kita akan mencari keadilan. Sampai kami mendapatkan keadilan untuk anak-anak kami," ucapnya.

3. Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menagih janji presiden dan Ketua Umum PSSI

Keluarga Korban Lakukan Aksi di Gate 13 Stadion KanjuruhanPara keluarga korban Tragedi Kanjuruhan saat melakukan aksi di gate 13 Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Rini Hanifa juga mengungkapkan kekecewaannya kepada Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo yang kini seolah-olah menutup mata pada tragedi ini. Padahal mereka sebelumnya dijanjikan akan mendapat keadilan seadil-adilnya. Tapi kini mereka justru ditelantarkan.

"Presiden waktu di RS Saiful Anwar katanya janji mau membantu usut tuntas. Tapi sekarang janjinya mana. Mata hatinya sudah tertutup semua aparat-aparat ini! Institusi pemerintah semuanya tertutup matanya. Pemerintah picek, budek tentang keadilan ini semua!" Teriaknya.

Mereka juga menagih janji dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir yang juga menjanjikan usut tuntas sebelum terpilih jadi pucuk pimpinan federasi sepakbola Indonesia ini. Tapi kini setelah terpilih, ia seolah-olah lupa kalau pernah memiliki janji pada ratusan keluarga korbam Tragedi Kanjuruhan.

"Beliau janji mau melanjutkan usut tuntas, tapi nyatanya mana. Kita minta tolong tetapi janji bapak. Kami keluarga korban membutuhkan janji bapak, bukan janji nol kosong, setelah jadi bapak nol kosong," protesnya.

Mereka mengancam akan melakukan golput (golongan putih) dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pasalnya tidak ada satupun instansi pemerintah yang mendukung perjuangan mereka. Mereka akan selamanya golput sampai keadilan Tragedi Kanjuruhan bisa terpenuhi.

"Kami akan golput sampai anak-anak kami mendapatkan keadilan. Terutama pemilihan presiden (pilpres), kita akan golput. Karena presiden tidak memandang keluarga korban, meremehkan keluarga korban," pungkasnya.

Baca Juga: KMS Menilai Pemerintah Tak Serius Tangani Tragedi Kanjuruhan

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya