2. Idul Fitri jatuh pada hari Jumat setiap 8 tahun sekali

Jamaah Tarekat Syattariyah di desa Tapen Kecamatan Lembeyan mengelar Salat Id. IDN Times/ Riyanto

Menurut Jarkasi, salah satu tokoh Tarekat Syattariyah, perayaan Idul Fitri yang jatuh pada hari Jumat ini merupakan hal yang istimewa karena hanya terjadi setiap delapan tahun sekali. 

Hal ini sesuai dengan patokan kalender Tarekat Satoriyah yang disebut "Jim Awal" dan "Jim Akhir".

"Setiap satu windu atau delapan tahun sekali, hari raya Idul Fitri bagi Syattariyah jatuh pada hari Jumat Wage. Ini sudah menjadi tradisi dan patokan dalam ilmu kalender Satoriyah," terang Jarkasi.

Lebih lanjut, Jarkasi mengajak seluruh masyarakat untuk saling menghormati perbedaan waktu pelaksanaan Idul Fitri ini. Menurutnya, perbedaan ini merupakan wujud keragaman dan kebebasan dalam memeluk agama Islam.

"Perbedaan waktu ini jangan dijadikan persoalan, tapi jadikan sebagai bentuk keragaman dan kebebasan dalam beragama. Kita semua bersaudara dan sama-sama merayakan Idul Fitri dengan penuh khusyuk dan kegembiraan," pesan Jarkasi.

3. Perbedaan waktu salat Id jangan dijadikan persoalan

Jamaah Tarekat Syattariyah di desa Tapen Kecamatan Lembeyan mengelar selamatan usai Salat Id. IDN Times/ Riyanto

Usai Salat Id, para jamaah Syattariyah kemudian bersilaturahmi dan menggelar kenduri selamatan bersama. Momen ini menjadi ajang mempererat tali persaudaraan dan berbagi kebahagiaan di hari raya.

Perayaan Idul Fitri di kalangan Satoriyah Magetan ini menunjukkan indahnya toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Perbedaan waktu pelaksanaan Idul Fitri tidak menjadi halangan untuk saling menghormati dan menjalin silaturahmi. Semangat kebersamaan dan kegembiraan Idul Fitri tetap terasa hangat dan penuh makna.

Baca Juga: Olahan Kulit Handmade Magetan, Oleh-oleh Spesial Balik Mudik Lebaran