Asa Petani Jeruk Pamelo Magetan Melawan Kemarau Panjang

Para petani jeruk pamelo Magetan harus keluarkan biaya mahal

Magetan, IDN Times - Para petani jeruk Pamelo di Desa Tamanan, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan sedang pusing. Kemarau yang terjadi tahun ini bikin pohon jeruk mereka habis. Daun-daun jeruk tersebut rontok dan tinggal menyisakan batang. Mereka kini bingung, harus membiarkan pohon jeruk tersebut mati semua atau mengeluarkan biaya lebih besar untuk menjaganya tetap hidup.

1. Peluang hidup jeruk fifty-fifty

Asa Petani Jeruk Pamelo Magetan Melawan Kemarau PanjangMeski diairi, peluang hidup jeruk pamelo fifty fifty. IND Times/ Riyanto

Harto, salah satu petani mengakui tak mudah menjaga jeruk-jeruk miliknya tetap mendapat pengairan. Untuk lahan seluas seperempat hektare, ia harus mengeluarkan biaya kurang lebih Rp1 juta setiap 20 hari sekali. Itu pun harus antre dengan petani lain. Sudah begitu peluang hidup tanaman jeruk di tengah musim kemarau juga seperti ini juga hanya 50 persen.

"Kami gambling saat ini, bisa hidup dan tak mati syukur. Bila ternyata mati kami rugi, setiap beli air dari sumur kita harus bayar mulai dari Rp700 ribu hingga Rp1 juta setiap 20 hari sekali," kata dia saat ditemui IDN Times. Tarif pengairan untuk lahan jeruk itu, kata dia, dihitung per jam.

Selain mahal, lanjutnya, sumber air sumur yang ada tidak sebanding dengan luas lahan yang harus diari. "Ibaratnya satu sumur dipakai untuk ratusan hektare. Jadi sumur pompa dalam sedikit di desa ini sehingga tidak mampu, bagi yang tidak terjangkau ya dipastikan mati," ungkpnya.

Baca Juga: Sambatan Petani Magetan Sambil Menunggu Hujan

2. Bila mati, petani tanam ulang mulai dari nol

Asa Petani Jeruk Pamelo Magetan Melawan Kemarau PanjangKasep mengari daun jeruk pamelo rontok dan terancam mati. IDN Times/ Riyanto

Jika pohon jeruk mati, ia dan petani lain harus menanam ulang pada musim penghujan mendatang. Tentu ia tak bisa langsung panen. Pohon jeruk butuh waktu 2 hingga 3 tahun untuk berbuah. Yang saat ini ia lakukan adalah sebisa mungkin menjaga agar jeruk tidak mati. 

"Jika mati ya rugi kami, nunggu tanaman bisa buah 2 hingga 3 tahun lagi," kata dia.

Ia pun berharap harga air per jam bisa ditekan lebih murah dengan mengganti mesin pompa ke sibel listrik. "Ya mahal karena pengerak masih pakai mesin dan bahan bakar solar ya. Seandainya pakai sibel listrik beda bisa murah. Semoga saja kemarau tidak sampai berbulan bulan kami tidak sanggup membayar air terus," pungkasnya.

3. Di Desa Tambakmas tanaman jeruk pamelo dipastikan mati

Asa Petani Jeruk Pamelo Magetan Melawan Kemarau PanjangDi desa Tambakmas tidak ada sumur pompa dipastikan mati. IDN Times/ Riyanto

Nasib lebih miris lagi dialami oleh para petani jeruk Pamelo di desa sebelah, yaitu Tambakmas. Di sana nyaris tidak ada sumber air alternatif seperti sumur pompa dalam seperti desa Tamanan. 

"Jika tidak turun hujan ya pasti mati. Bisa saja pakai air PDAM itu pun hanya di pekarangan, yang di kebun kan sulit. Ya mati bila tidak segera turun hujan," kata Supartono, salah satu petani. 

Meraka berharap hujan segera turun agar tanaman jeruk mereka tidak mati semua akibat dampak kemarau panjang. Kemudian ini jadi atensi pemerintah daerah mengigat jeruk Pamelo selama ini telah menjadi komoditas ekonomi utama masyarakat. 

"Ya beginilah kami hanya bisa pasrah, semoga turun hujan dan ada bantuan sumur pompa dari pemerintah untuk menghadapi musim kemarau tahun depan," kata dia.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit di Magetan Tembus Rp45 Ribu

Riyanto Photo Community Writer Riyanto

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya