Gagal Dapat KIPK, Sang Ibu Jual Gelang Demi Kuliah Anaknya 

Gagal peroleh KIPK 2 kali

Surabaya, IDN Times – Tarisa Adistia (19) mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (UNESA) angkatan 2023, membagikan kisahnya yang tetap semangat melanjutkan kuliah meskipun gagal meraih beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) 2 kali.

Waktu itu saat dirinya masih duduk di bangku SMA Dharma Wanita 1 Gedangan, Sidoarjo, Tarisa rajin berkonsultasi dengan salah satu guru Bimbingan Konseling (BK) untuk menggali informasi seputar SNBP dan KIPK. Dia bersama kedua teman dekatnya sejak kelas 1 SMA sering bergantian menempati posisi teratas dalam peringkat paralel umum.

Selama 3 tahun di bangku SMA, ketiganya sering berbagi informasi tentang apa-apa saja yang perlu dipersiapkan untuk masuk ke perguruan tinggi. Sehingga wajar bagi Tarisa dan kedua temannya untuk mendapatkan bimbingan khusus demi lolos dan tembus ke perguruan tinggi favorit lewat jalur SNMPTN dan meraih KIPK.

Setelah pengumuman SNMPTN, Tarisa dan kedua temannya dinyatakan gugur, sebab menurutnya berdasarkan data yang telah ditimbang dari keseluruhan kelas, mereka peserta SNMPTN yang mendaftar KIPK rupanya tidak terlalu diprioritaskan. Dugaan tersebut timbul karena beberapa temannya yang mendaftar jalur reguler justru lolos pendanaan KIPK, padahal dari segi nilai dan peringkat paralel tidak lebih unggul dari Tarisa dan kedua temannya.

“Bahkan mereka yang diterima KIPK lewat jalur reguler sama sekali tidak melampirkan sertifikat atau bukti prestasi apapun”, ujarnya.

Maka tidak ada pilihan lain selain kembali memperjuangkan KIPK dengan menempuh jalur UTBK. Tarisa dan kedua temannya kemudian dinyatakan lolos oleh Universitas Negeri Surabaya. Ketiganya juga harus menunggu survei dari panitia KIPK UNESA disaat yang lain telah mendapatkan penentuan UKT.

Mirisnya, untuk yang kedua kalinya Tarisa dan 2 temannya tidak mendapatkan beasiswa KIPK. Bahkan hinga hari pertama perkuliahan dimulai ketiganya tak kunjung disurvei oleh petugas KIPK kampus.

"Alhasil dari kenyataan itu, ibu saya harus menjual gelang emasnya untuk dapat melunasi UKT 2,4 juta tepat waktu," tukas mahasiswi yang masih seatap kos bersama orang tuanya. 

Sedangkan untuk biaya perbulan ia dijatah Rp300 ribu rupiah, biaya itu sudah mencakup kuota dan uang bensin untuk pulang pergi. Selama di kampus Tarisa jarang jajan, ia lebih memilih membawa bekal dari rumah agar dapat menghemat pengeluaran.

Sembari membantu meringankan beban kedua orang tuanya, Tarisa kini berkarir sebagai jurnalis di Direktorat Humas dan Informasi Publik UNESA. Ia berusaha semaksimal mungkin agar dapat jajan tanpa harus melibatkan lebih banyak pengeluaran uang dari orang tuanya.

Baca Juga: Mahasiswa UNESA Penerima KIPK Ini Pilih Menabung daripada Hedon

Rachmaddani Rizki Saputra Photo Community Writer Rachmaddani Rizki Saputra

Jurnalis magang katanya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya