Bersejarah, Tiga Monumen Alutsista TNI AL Diresmikan di Madiun

Madiun IDN Times – Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Yudo Margono meresmikan tiga monumen alat utama sistem senjata (alutsista) bersejarah di Kabupaten Madiun, Minggu (16/1/2022). Kegiatan yang dihadiri jajaran forkompimda setempat itu berlangsung di Taman Kota Caruban Asti, Kecamatan Mejayan.
Di lokasi peresmian itu telah didirikan monumen pesawat Nomad N-24 P-843 dan ranjau tanduk. Dulunya alutista itu terlibat dalam sejumlah operasi dan latihan militer. Adapun monumen kedua adalah Tank Amfibi PT-76 dan Meriam M-30 Howitzer didirikan di exit tol Dumpil, yakni di sisi barat dan tengah jalur utama Madiun – Surabaya.
1. Dulunya digunakan dalam tiga operasi militer
Yudo mengatakan ketiga alutisita tersebut banyak berjasa dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. Ini termasuk pada operasi-operasi perjuangan yang tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa. “Pernah digunakan untuk Operasi Dwikora, Trikora, dan Seroja,” kata Yudo.
Operasi Dwikora digencarkan untuk menggagalkan rencana berdirinya Federasi Malaysia karena bertentangan dengan Persetujuan Manila. Sedangkan Operasi Trikora dilancarkan untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia pada tahun 1961. Sementara, Operasi Seroja merupakan invasi Indonesia atas Timor – Timur yang terjadi pada Desember 1975.
Baca Juga: 5 Potret PT Pindad Pamer Kemampuan Alutsista di Depan PM Malaysia
2. Pesawat Nomad N-24 P-843 digantikan CN-235
Yudo lantas merinci peran dari alutsista itu pada masa lampau. Untuk pesawat Nomad N-24 P-843, dijelaskan digunakan untuk melaksanakan patroli di wilayah perairan Indonesia. “Melaksanakan intai maritim yang bisa terbang rendah dan mampu melihat sasaran lebih riil,” ujar pria asli Kabupaten Madiun ini.
Namun, akhirnya pesawat itu dipurnatugaskan pada tahun 2021. Ini karena faktor usia dan jam terbang dalam mengikuti latihan dan operasi militer. Hingga akhirnya, tugas dari pesawat yang memiliki panjang 14,34 meter dan lebar 1653 buatan Australia tahun 1984 ini digantikan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia.
3. Pesawat pengganti menggunakan teknologi lebih canggih
Menurut alumnus SMAN 1 Mejayan, Kabupaten Madiun ini, pesawat CN-235 memiliki keunggulan lebih baik daripada pesawat Nomad N-24 P-843. Salah satunya menggunakan sistem avionic terbaru modern dan Full Glass Cockpit.
“Lebih besar dari ini (pesawat Nomad N-24 P-843) dan peralatannya lebih canggih,” ujar Yudo saat memberikan keterangan kepada wartawan.
Baca Juga: 7 Potret Antusiasme Warga Coba Alutsista Milik TNI Saat HUT ke-76
4. Tank Amfibi digunakan oleh Korps Marinir dalam sejumlah operasi militer
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan tugas dari Tank Amfibi PT-76 yang dijadikan monumen di gerbang tol Dumpil. Kendaraan lapis baja buatan Uni Soviet yang masuk jajaran TNI Angkatan Laut pada tahun 1964 ini digunakan Korps Marinir dalam sejumlah operasi.
Alutsita yang diproduksi tahun 1951 ini terlibat dalam Operasi Dwikora di Kalimatan tahun 1964 – 1965. Selain itu, dalam Operasi Seroja di Timor – Timur (1975 – 1979), juga Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh (2002 – 2005).
5. Dijadikan monumen sebagai sarana edukasi bagi generasi muda
Tugas yang nyaris serupa juga diemban Meriam M-30 Howitzer. Alutsista buatan Uni Soviet tahun 1939 ini juga terlibat dalam tiga operasi militer serupa. “Karena sudah tidak digunakan dan digantikan yang baru, alutsita ini dibuat monumen,” kata Yudo.
Adapun tujuan dari pendirian monumen alutsista yang terlibat dalam sejarah bangsa, ia melanjutkan, untuk memberikan edukasi kepada generasi muda. Selain itu, meningkatkan minat untuk bergabung menjadi anggota TNI Angkatan Laut.