Sekolah Rimba Kampanyekan Hak Pendidikan Anak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyuwangi, IDN Times - Belasan Anak-anak di sekolah adat Kampoeng Baca Taman Rimba (Batara), Lingkungan Papring, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi mengkampanyekan hak pendidikan pada momen peringatan Hari Anak Nasional 2021.
Sekolah adat yang ada di pinggir hutan KPH Banyuwangi Utara tersebut, rutin melestarikan permainan tradisional sambil belajar tiap pekannya sejak 2015.
1. Ruang belajar dan berkarya
Pendiri sekolah adat Batara, Widie Nurmahmudy mengatakan, isu hak pendidikan anak disampaikan karena saat pandemik COVID-19 dinilai banyak orang tua kewalahan menghadapi proses belajar anak di rumah.
Widie menilai, orang tua harus mengambil porsi lebih besar saat ini untuk hak pendidikan anak, sehingga tidak bergantung pada guru di sekolah formal.
"Kampanye kita ada dua poin, ruang belajar anak dan ruang berkarya," ujar Widie saat dihubungi IDN Times, Jumat (23/7/2021).
"Ruang belajar artinya, di masa pandemik meski tidak belajar tatap muka, orang tua bisa jadikan objek di sekitar rumah jadi pelajaran, mengenal hewan, tanaman," ujar Widie.
Widie melanjutkan, ruang berkarya dimaksudkan agar orang tua selalu apresiasi setiap potensi anak, tidak mengkebiri, dengan batasi ruang geraknya.
"Selama pandemik ruang anak terbatas, dan gadget bukan solusi, ini adalah momen orang tua mewadahi mimpi mereka. Kami mengkampanyekan hak anak untuk belajar selama pandemik, karena selama ini seolah-olah tanggung jawab mengajari hanya diberikan kepada guru. Padahal tanggung jawab juga ada pada kita," jelasnya.
Baca Juga: 11.500 Anak di Banyuwangi Mulai Menerima Vaksin COVID-19
2. Jangan lupakan hak anak
Aktivitas bermain dan belajar di Batara, kata Widie lebih menekankan kerja tim antar anak dalam belajar, tidak berdasarkan sistem kelas seperti di sekolah formal. Sementara materi belajar dibebaskan sesuai kesepakatan dari anak anak sendiri, bisa baca, berhitung, menulis, bercerita atau jelajah rimba mengenal alam sekitar.
"Kalau tadi aktivitas anak anak memilih bermain egrang, latihan seni bela diri lokal, bermain gasing dan alat musik tradisional," ujar Widie.
"Anak anak kemudian memberikan ucapan, bahwa jangan lupakan hak hak anak, nanti akan saya upload di media sosial," katanya.
3. Semua orang adalah guru
Saat ini terdapat 32 Anak anak di sekitar hutan Papring yang belajar di Batara. Selama pandemik, Widie tidak membatasi aktivitas belajar dan bermain Anak-anak di Batara. Hanya saja, ia membatasi orang luar yang masuk ke kampung belajarnya untuk mencegah penularan.
"Selama ini tetap berikan ruang belajar dan bermain, karena kalau membatasi mereka tertekan. Kami cuma batasi pihak luar," katanya.
Sebelum pandemik, sekolah adat Kampoeng Batara rutin kedatangan relawan yang mengajar dari berbagai kalangan. Saat ini, Widie mulai mendidik Anak-anak mandiri belajar.
"Seperti Anak anak yang sudah SMK mulai ambil alih berperan mandiri jadi fasilitator mengarahkan belajar Anak anak. Jadi tidak harus bergantung pada relawan. Karena semua orang adalah guru, meski itu teman kita sendiri," ujarnya.
Baca Juga: Cocok Buat Staycation, 10 Hotel di Banyuwangi Ini Bikin Nyaman