Pemuda Banyuwangi Bikin PLTS untuk Bantu Petani Buah Naga

Petani bisa mengontrolnya pakai HP

Banyuwangi, IDN Times - Lima pemuda asal kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), membantu petani menghemat biaya listrik untuk lampu penerangan tanaman buah naga. Para pemuda, memasang energi terbarukan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan buah naga di Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi seluas seperempat hektar. Salah satu mahasiswa, Muhammad Abdul Rohman mengatakan, dia bersama empat mahasiswa Teknologi Informasi, memasang panel surya lewat program kreativitas mahasiswa.

1. Bisa menerangi 40 lampu 8 watt selama 3 jam

Pemuda Banyuwangi Bikin PLTS untuk Bantu Petani Buah NagaPetani buah naga bisa menghidupkan dan mematikan lampu PLTS di kebunnya cukup lewat aplikasi di gawai . IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Lewat bantuan dana sebesar Rp9 juta, ia memasang PLTS kapasitas 200 WP, perangkat inverter untuk mengubah arus DC ke AC sebesar 800 Watt dengan baterai 1010 VA. PLTS yang dipasang mampu menghasilkan 1.28 kwh per hari, untuk menerangi 40 lampu kapasitas masing-masing 8 watt selama 3 jam.

"PLTS kami sudah menekan biaya operasional petani. Dan lebih ramah terhadap lingkungan," ujar Rohman saat berbincang dengan IDN Times dalam program '101 Climate Change Actions', Selasa (28/12/2021).

Sisanya, energi listrik masih dibantu PLN dengan sistem instalasi hybrid. Bila energi baterai di PLTS sudah habis, maka lampu akan menggunakan energi PLN.

"Biayanya kemarin cuma Rp9 juta, jadi belum bisa memenuhi kebutuhan listrik semua lampu," katanya. Di lahan buah naga seluas seperempat hektar sendiri, terdapat 380 lampu. Sementara energi PLTS dengan biaya tersebut, masih meng-cover 40 lampu.

2. Fokus pada teknologi

Pemuda Banyuwangi Bikin PLTS untuk Bantu Petani Buah NagaTeknisi Tim Panel Surya, Hoki Smart Lamp, Muhammad Wildan Alviandi Munir (20) sedang menunjukkan perangkat PLTS. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Rohman menjelaskan, ide energi ramah lingkungan tersebut disampaikan dosen Poliwangi. Rohman bersama teman-temannya hanya fokus dalam pengerjaan instalasi PLTS, bersama-sama temannya. Ia menambahkan instalasi PLTS dengan teknologi tambahan, Internet of Things (IoT).

"Dan gunakan PLTS bisa dikontrol lewat Internet of Things, sehingga bisa dikontrol lewat gawai (untuk mematikan dan menggunakan lampu, serta mengontrol penggunaan daya)," jelasnya.

Selain ramah lingkungan, kondisi pertanian buah naga di Banyuwangi juga sangat melimpah. Di kawasan Banyuwangi selatan, data dari dinas pertanian menyebut, luasan tanaman buah naga tahun 2021 mencapai 3.786 hektar dari total 66.152 hektar luas sawah.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.132 hektar pertanian buah naga telah menggunakan lampu untuk memacu produktivitas panen. "Lewat penerangan lampu, ini bisa mempercepat proses pembuahan menggunakan lampu. Pengganti fotosintesis matahari saat malam hari," terangnya.

Idealnya, penggunaan lampu di lahan seluas satu hektar bisa memacu panen hingga 26 ton buah naga per tahun, sementara tanpa lampu hanya 14 ton per tahun.

"Sebelumnya petani sudah menggunakan lampu, hanya saja masih konvensional dari PLN. Kondisinya juga sudah over suplai. Cuma untuk PLTS ini butuh biaya instalasi yang besar di awal. Setelah itu gratis tidak bayar bulanan," katanya.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Anak 6-11 Tahun di Banyuwangi Berlangsung di Sekolah

3. Usaha rintisan lampu cerdas

Pemuda Banyuwangi Bikin PLTS untuk Bantu Petani Buah NagaNyala lampu di pertanian buah naga Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Rohman juga memiliki usaha rintisan bernama Hoki Smart Lamp. Ia memanfaatkan limbah bambu yang melimpah untuk diukir sebagai kap lampu. Lampunya sendiri juga ia beri sentuhan "smart" agar bisa dikontrol dari jarak jauh menggunakan smartphone.

"Itu bisa meningkatkan harga jadi Rp120-130 ribu per lampu. Bisa dimatikan pakai smartphone, pakai micro controller,.yang terkoneksi dengan internet. Jadi bida menerangkan, meredupkan, mematikan dan menghidupkan," jelasnya.

Rohman berharap, terdapat perhatian dari pemerintah daerah untuk membantu petani mengakses biaya pemasangan PLTS di lahan buah naga. Sebab selain ramah lingkungan, daya tahan PLTS dengan sistem instalasi yang tepat bisa bertahan awet hingga 10 tahun.

Selebihnya petani bisa untung berlipat tanpa harus mengeluarkan biaya bulanan ke PLN. Rohman sendiri bersama teman-temannya siap mendampingi para petani, seperti yang sudah ia lakukan.

"Pemerintah terkait di bidang pertanian, agar bisa menjangkau yang lebih luas, kalau instalasi keberatan di awal. Kelebihannya, sudah tidak perlu bayar bulanan. Ketahanan baterai dan inverter, bisa sampai 10 tahun," katanya.

Baca Juga: 10 Manfaat Buah Naga untuk Bayi, Biar Makin Gemas dan Sehat!

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya