Mengenal Masyarakat Suku Osing Banyuwangi, Populasinya Tersebar 

Belum diketahui berapa populasi masyarakat Adat Osing

Banyuwangi, IDN Times - Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan wilayah yang memiliki ciri khas kuat, yakni kebudayaan Suku Osing. Nah, seperti apa suku Osing ini?

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Osing, Wiwin Indiarti, mengatakan keberadaan masyarakat adat Osing tersebar di wilayah Banyuwangi. Belum ada catatan pasti tentang berapa populasi masyarakat adat Osing saat ini.

1. 16 Komunitas Adat

Mengenal Masyarakat Suku Osing Banyuwangi, Populasinya Tersebar Miniatur rumah adat Suku Osing di Desa Kemiren Banyuwangi. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Pihaknya sedang memetakan wilayah komunitas adat Osing sambil memperjuangkan Perda untuk pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat Osing.

"Saat ini yang telah bergabung dengan AMAN Osing baru 16 komunitas adat Osing. Sebenarnya jumlahnya lebih banyak dari itu. Di antara 16 itu, yang sudah punya peta wilayah adat yang dikerjakan secara partisipatif baru 3; yaitu Kemiren, Olehsari, dan Bakungan. Artinya masih banyak yang butuh dipetakan untuk kepentingan inventarisasi sekaligus mendukung perjuangan melahirkan Perda dimaksud," kata Wiwin saat dihubungi IDN Times, Sabtu (9/4/2022).

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bahasa Osing, Bahasa Asli Kabupaten Banyuwangi

2. Pewaris budaya kerajaan di Banyuwangi

Mengenal Masyarakat Suku Osing Banyuwangi, Populasinya Tersebar Para aktivis AMAN Osing dan Ketua Adat dari 16 komunitas menyanyikan mars AMAN pada launching Pesinauan-Sekolah Adat Osing. IDN Times/Dok Pemkab Banyuwangi

Wiwin menyebut, Masyarakat Adat (MA) Osing di Banyuwangi diyakini sebagai pewaris kultural Kerajaan Blambangan karena di masa senja kala kerajaan tersebut, wilayah Banyuwangi menjadi Ibu Kotanya.

Meski Banyuwangi dihuni oleh beragam etnis karena merupakan wilayah perlintasan niaga, namun Masyarakat Osing, menjadi aktor penting yang membentuk identitas Banyuwangi di saat ini.

"Meski tinggal di wilayah yang menjadi bagian dari Pulau Jawa, MA Osing punya karakteristik yang berbeda dengan orang Jawa, baik itu dalam bahasa, budaya, maupun adat istiadat," jelasnya.

Data resmi Badan Pusat Statistik tahun 2010 telah memasukkan Osing sebagai suku bangsa tersendiri, sebagai rumpun dari suku Jawa bersama-sama dengan Tengger, Bawean/ Boyan, Samin, Naga, dan Nagaring.

Wiwin melanjutkan, sejak terbentuk tahun 2015 AMAN Osing sudah memperjuangkan Perda Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak MA Osing sebagai amanat Musda.

Namun demikian, di tahun 2017 yang dilahirkan adalah Perda Pelestarian Warisan Budaya dan Adat Istiadat di Banyuwangi, yang tidak menyebut secara eksplisit MA Osing sebagai subjek hukum.

Padahal itu poin penting yang diperjuangkan demi terlindunginya hak-hak yang melekat kepada MA Osing, termasuk hak berbudaya. Oleh karena itu, AMAN Osing saat ini kembali memperjuangkan Perda yang diinginkan.

Selain memperjuangkan Perda, pihaknya juga berupaya menguatkan dan melestarikan identitas budayanya melalui kegiatan-kegiatan organisasi sayapnya, Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Osing dan Perempuan AMAN Osing, serta Sekolah Adat.

"Sejak tahun 2018 telah dilakukan preservasi mocoan Lontar Yusup. Pendokumentasian dan pelatihan olah makanan ritual Osing pada tahun 2019 juga dilakukan salah satunya untuk lebih memahami Osing indigenous food system," paparnya.

Baca Juga: 10 Gaun dan Makeup Ngunduh Mantu Adat Osing Istri Danang DA, Ningrat!

3. Ada sekolah adat Osing

Mengenal Masyarakat Suku Osing Banyuwangi, Populasinya Tersebar Mocoan Lontar Yusuf sebagai ritual pembuka pada launching Pesinauan-Sekolah Adat Osing. IDN Times/Dok Pemkab Banyuwangi

Sebagai upaya pelestarian dan pengenalan adat tradisi hingga kesenian, sejak tahun 2021 juga terbentuk sekolah adat Osing, bernama Pesinauan di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah.

Sekolah Adat Osing di Sawah Art Space, mengenalkan adat tradisi kesenian, pertanian, bahkan masakan tradisional kepada generasi muda.

"Ini dalam rangka mempertahankan dan melestarikan adat tradisi Osing melalui media pembelajaran," jelasnya.

Di sekolah adat tersebut, juga mewadahi kegiatan yang sebelumnya sudah berjalan oleh sejumlah komunitas anggota, seperti latihan rutin mocoan Lontar Yusup dan gerak dasar tari tradisi.

Di sana juga dikenalkan beragam ritual adat tradisi Osing, seperti Keboan di Desa Aliyan, Seblang di Olehsari, dan Sapi-Sapian di Kenjo. Semua, tradisi tersebut berhulu dari hubungan masyarakat Osing dengan tanah karena corak budaya mereka yang agraris.

“Pesinauan adalah sekolah adat Osing pertama yang didirikan oleh AMAN Osing. Ke depan dalam perkembangannya diharapkan setiap komunitas adat Osing memiliki sekolah adatnya sendiri,” jelas Wiwin

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya