Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari Solusi

Diprediksi 49 persen pekerja manual pertanian hilang

Jember, IDN Times - Kementerian PPN menyiapkan strategi sejak dini agar pertanian Indonesia tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Sejumlah strategi dilakukan dengan menggandeng kalangan akademisi untuk mengembangkan riset riset terbaru, di tengah tantangan lahan pertanian semakin menyempit dan revolusi industri 4.0.

1. Produktivitas pertanian harus meningkat 70 persen

Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari SolusiIDN Times/Istimewa

Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Subandi mengatakan dari hasil studi FAO untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia di tahun 2050 maka produktivitas pertanian harus meningkat menjadi 70 persen, sementara lahan pertanian makin menyusut.

"Maka perlu adanya kesiapan membangun pertanian modern, mendidik SDM pertanian yang mumpuni, serta pengembangan industri pengolahan makanan agar mendapatkan nilai tambah," kata Subandi dalam kegiatan The International Conference on Agricultural and Life Sciences (ICALS) di Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej), Rabu (31/7).

2. Dorong penelitian inovatif

Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari SolusiIDN Times/Istimewa

 

Kementrian PPN, bekerja sama dengan Islamic Development Bank, berupaya membantu Unej untuk melahirkan riset riset terbaru yang inovatif.

"Universitas Jember yang unggul di bidang bioteknologi pertanian, perkebunan dan kesehatan. Harapannya makin banyak hasil-hasil penelitian inovatif yang bisa dihilirkan ke sektor industri," katanya.

3. Pekerjaan pertanian manual 49 persen diprediksi hilang

Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari SolusiIDN Times/Istimewa

 

Upaya ini dilakukan karena Bappenas menyiapkan strategi pembangunan pertanian Indonesia guna mencapai Visi Indonesia 2045 dengan membangun pertanian modern, mendidik SDM pertanian yang mumpuni, serta pengembangan industri pengolahan makanan agar mendapatkan nilai tambah.

Tantangan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0. diperkirakan bakal memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti penggunaan Internet of Things (IoT), Artificial Intellegence (AI), Autonomous Robotic, sampai big data analitics.

"Sementara itu diperkirakan 49 persen pekerjan manual di bidang pertanian bakal hilang digantikan mesin. Problema seperti ini juga mulai kita rasakan,” kata Subandi.

Selain itu, Kementerian PPN/Bappenas juga bakal mendukung pembangunan ekosistem riset nasional dengan mendukung pembangunan Science Techno Park yang menjadi inkubator pengembangan riset, menumbuhkan jiwa wirausaha dan mempertemukan inventor dengan dunia bisnis.

Pembangunan pusat unggulan ini, juga diteruskan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada di Indonesia.

“Saat ini sudah ada delapan Science Techno Park yang sudah berjalan dan 31 pusat unggulan. Termasuk mendukung pembangunan Science Techno Park dan Pusat Unggulan Tanaman Industri di Kampus Tegalboto (Unej),” imbuh Subandi.

4. Minta perhatikan diversifikasi bahan pangan

Lahan Pertanian Kian Sempit, Kementerian Bappenas Cari SolusiIDN Times/Istimewa

 

Sementara itu Rektor Universitas Jember, Moh. Hasan mengusulkan agar pemerintah memberikan perhatian pada diversifikasi bahan pangan.

“Sudah saatnya bahan pangan kita yang melimpah dikembangkan lebih serius, sebab selama ini lebih fokus pada padi, jagung dan kedelai yang lahannya semakin lama semakin menyusut. Pengembangan bahan pangan alternatif seperti singkong, sagu, umbi-umbian dan lainnya diharapkan mengurangi ketergantungan kita akan impor gandum yang tidak kita produksi sendiri,” katanya.

Baca Juga: Kemarau Diprediksi Ekstrem, Kementan Kumpulkan Dinas Pertanian Daerah

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya