Istimewa! 5 Pemuda Usia 16 Tahun di Jember Ini Sudah Kuliah 

Mereka bergaul dengan teman lebih tua

Jember, IDN Times - Dari 7.644 mahasiswa baru yang masuk di Universitas Jember tahun akademik 2021-2022, ternyata ada lima mahasiswa baru yang usianya masih 16 tahunan.

Lima mahasiswa baru yang masih usia 16 tahun yakni, Paramitha Kartika Dewi dari Program Studi Pendidikan Biologi. Kemudian Putri Mulya Anggraini dari Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

M. Abdul Karim Al Hakim, Regina Callista Nailah Puspamaya dari Fakultas Kedokteran, serta Agung Fadlullah Ahmad dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik.

Bagaimana kisah perjuangan mahasiswa baru yang masih kategori Anak Baru Gede (ABG) itu bisa menembus persaingan ketat masuk ke Universitas?

1. Ikut kelas akselerasi

Istimewa! 5 Pemuda Usia 16 Tahun di Jember Ini Sudah Kuliah Paramitha Kartika Dewi dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP. IDN Times/Istimewa

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Biologi, Paramitha, terpilih melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2021. Ia merasa belajarnya tak ada yang istimewa.

Prestasi Paramitha memang patut dibanggakan, saat bersekolah di MTsN 2 Jember dan MAN 2 Probolinggo, dia hanya butuh waktu 2 tahun untuk menyelesaikan masing-masing sekolah karena selalu masuk di program kelas akselerasi.

"Masuk ke kelas akselerasi membuat saya harus selalu siap belajar sesuatu yang baru dalam waktu cepat, Alhamdulillah, lingkungan sekolah dan keluarga saya sangat mendukung,” ujar Paramitha, Jumat (17/9/2021).

Baca Juga: Kasus Honor Pemakaman COVID-19 di Jember Naik Tahap Penyidikan

2. Bergaul dengan teman lebih tua

Istimewa! 5 Pemuda Usia 16 Tahun di Jember Ini Sudah Kuliah M. Abdul Karim Al Hakim dari Fakultas Kedokteran. IDN Times/Istimewa

Putri kedua dari pasangan Fauzi dan Eni Nisfuatin Nida asal Desa Umbulsari Kecamatan Umbulsari Jember ini, bergaul dengan kawan-kawan sekolah yang umumnya lebih tua. Ia tidak merasa canggung.

"Saya menjalaninya dengan apa adanya, tidak ada kesulitan bergaul dengan kawan yang lebih tua, ngobrolnya tetap nyambung tuh. Malah saya sering dibantu oleh kawan-kawan jika ada kesulitan,” kata Paramitha.

Cerita lain disampaikan, M. Abdul Karim Al Hakim, yang diterima di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Jember saat usianya baru memasuki 16 tahun 4 bulan 12 hari. Hakim, sehari-hari malah enjoy saat berteman dengan kawan-kawan yang lebih senior usianya.

"Dulu saat bersekolah di MAN 2 Kota Malang, kawan-kawan memberikan perhatian lebih kepada saya, mungkin karena dianggap adik yah. Malah jika saya tidak paham arti kalimat Bahasa Jawa maka kawan-kawan yang ngasih pemahaman,” jelas Hakim yang menghabiskan masa kecilnya di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

3. Sekolah SD lebih cepat

Istimewa! 5 Pemuda Usia 16 Tahun di Jember Ini Sudah Kuliah Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 5 Banda Aceh mengibarkan-ngibarkan bendera merah putih pada pencanangan program Sekolah Ramah Anak di Banda Aceh, Aceh, Kamis (7/11/2019). Sekolah ramah anak merupakan program pendidikan formal, nonformal dan informal yang aman, bersih, sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup serta menghargai hak-hak anak maupun perlindungan dari diskriminasi hingga kekerasan di lingkup sekolah. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Kini Hakim bersama keluarga tinggal di Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono, Sidoarjo.
Hakim menyelesaikan SMP dan SMA secara normal.

"Ceritanya, saya masuk SD Cendekia Taka Bulungan di usia 5 tahun. Nah, pada tahun 2015 saat duduk di kelas 5, ada kejadian jumlah siswa kelas 6 peserta Ujian Nasional dari SD saya kurang. Lantas saya dites apakah layak ikut Ujian Nasional, eh ternyata dinyatakan bisa ikut Ujian Nasional. Alhamdulillah saya lulus Ujian Nasional dan lanjut ke SMP walau usia masih 10 tahun,” ujarnya.

Hakim memilih kuliah jadi dokter karena terinspirasi dari kakaknya, Sayyidah Auliany Aminy yang kuliah di FK Universitas Jember juga.

“Awalnya saya ingin masuk ke Fakultas Teknik, tapi saya rasa jika masuk ke Fakultas Kedokteran maka kuliahnya bisa lebih mudah karena saya bisa bertanya dan belajar dari kakak saya,” cerita penghobi sepakbola ini.

Selama dua bulan penuh sebelum tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), Hakim belajar intens di bawah bimbingan kakaknya. Dengan mengerjakan latihan soal dan mengikuti banyak kegiatan try out. Dan hasilnya, Hakim diterima di FK Universitas Jember.

Selain bakal fokus menjalani kuliah di FK Universitas Jember, Hakim berniat ingin menambah wawasan keilmuan di bidang kedokteran dengan jalan aktif di berbagai kegiatan penelitian di kampusnya.

Aktif di kegiatan penelitian menurutnya menjadi pendukung saat akan tampil di berbagai lomba karya tulis ilmiah. Sama seperti yang dulu dia tekuni saat masih duduk di bangku MAN 2 Kota Malang.

“Penasaran sih, sebab dulu saat sekolah pernah ikutan beberapa kali lomba, olimpiade dan kegiatan yang sejenis tapi belum pernah dapat juara,” ujar Hakim yang ingin menjadi dokter spesialis jantung ini.

Baca Juga: Jember Sudah Masuk Level 1, Unej Tetap Pertahankan Kuliah Daring

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya