Gegara Abrasi, Jumlah Sarang Penyu di Banyuwangi Menurun

Harusnya bulan ini jadi masa puncak penyu bertelur 

Banyuwangi, IDN Times - Ombak besar yang menyebabkan abrasi di sepanjang pesisir pantai di Kabupaten Banyuwangi diduga jadi pemicu turunnya jumlah sarang telur penyu. Padahal, bulan ini harusnya sudah memasuki musim puncak bertelur.

Selain abrasi, tiga ekor penyu yang mati di Pulau Santen Banyuwangi pada Maret 2020 juga jadi indikator adanya ancaman sampah plastik dan limbah di laut.

"Kondisi tahun ini agak ekstrem, ombaknya besar, jadi banyak pantai yang terkena dampaknya. Penyu otomatis yang mau bertelur berkurang, karena lokasinya tidak cocok untuk dia. Saat menggali kondisinya terlalu basah atau kering dia akan kembali. Karena kalau terlalu basah telur rusak, terlalu kering telur tidak menetas. Jadi mereka punya naluri," ujar Pembina Banyuwangi Sea Trutle Fondation (BSTF) Wiyanto Haditanojo saat dihubungi IDN Times via telepon, Rabu (10/6).

1. Baru 52 sarang, jauh berkurang dibanding tahun lalu

Gegara Abrasi, Jumlah Sarang Penyu di Banyuwangi MenurunProses melepaskan tukik-tukik penyu ke laut oleh BSTF. IDN Times/Istimewa

BSTF merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi penyu, membantu menyelamatkan proses penyu bertelur, menetas, hingga melepasliarkan tukik-tukik ke laut. Hingga saat ini, total sarang penyu yang diselamatkan para nelayan dan masyarakat pesisir kawasan kota Banyuwangi bersama BSTF berjumlah 52 sarang. Dibandingkan tahun lalu, pada tanggal yang sama sudah mencapai 75 sarang.

"Waktu tahun lalu di puncak bertelur (per malam) bisa 10 sarang. Sekarang sudah masuk puncak cuma tahun ini jumlah sarangnya kurang, sampai hari ini ada 52 sarang. Sementara tahun 2019 di tanggal yang sama itu sudah 75 sarang," kata pria yang akrab disapa Wiwid ini.

2. Masuki masa puncak bertelur

Gegara Abrasi, Jumlah Sarang Penyu di Banyuwangi MenurunTukik-tukik penyu yang akan dilepas-liarkan ke laut oleh BSTF. IDN Times/Istimewa

Wiwid mengatakan, Juni ini dia harus siaga setiap malam karena sudah memasuki puncak bertelur penyu. Masa bertelur penyu sendiri setiap tahunnya selalu rutin antara Maret hingga Juli.

"Bulan Juni saat ini sudah masuk masa puncak, kemarin dapat 8 sarang. Jadi berturut-turut dua hari itu 7-8 sarang. Kalau bertelurnya sudah sejak Maret," katanya.

Masa bertelur penyu sendiri berlangsung antara pukul 19.00 WIB sampai 04.00 WIB. Saat bulan purnama, penyu-penyu akan semakin banyak bertelur karena kondisi air pasang tinggi.

"Dan lihat cuaca kalau pasang tertinggi pas padang bulan dia (penyu) biasanya datang bertelur. Kenapa pasang tertinggi, karena dia bisa mengukur ke depannya sarangnya aman di saat pasang tertinggi," ujarnya.

Sementara itu total sarang penyu pada 2019 sendiri mencapai 130 sarang. Dia berharap hingga Juli 2020 ini jumlah sarang penyu tidak turun drastis, sebab di akhir masa biasanya intensitas penyu bertelur semakin jarang.

"Jadi ada penurunan dibandingkan tahun lalu, semoga nanti di akhir masa tidak jauh beda dengan tahun lalu total ada 130 sarang, itu sampai Juli terakhir. Juli sudah jarang, puncaknya ya Juni ini. Kita lihat nanti kalau Juni ini bisa rutin 4 sampai 5 sarang ya bisa ketutup (tidak selisih banyak)," ujarnya.

3. Ditemukan tiga penyu mati terdampar

Gegara Abrasi, Jumlah Sarang Penyu di Banyuwangi MenurunIlustrasi penyu. instagram.com/adventurex.id/

Wiwid menduga, berkurangnya jumlah telur penyu tahun ini disebabkan beberapa faktor mulai dari pencemaran sampah plastik di laut, limbah hingga perubahan ilkim yang mengakibatkan sejak dua pekan terakhir.

"Ditutupnya wisata, harusnya ada dampak positif, tapi karena dampak iklim ya tidak ngaruh. Pelabuhan (Boom) sudah rusak pantainya, karena muara masuk airnya, daratan pantainya sudah berkurang, untuk di Boom, jadi pindah ke Santen dan pantai Mirah," ujarnya.

BSTF sendiri fokus menyelamatkan sarang penyu di kawasan kota, atau diluar kawasan taman nasional seperti Alas Purwo dan Merubetiri.

"Jadi dia akan pindah tempat mengikuti arus. Di Pulau santen masih aman, masih panjang pantainya, di sana yang banyak. Yang berkurang di Boom, Mirah dan Sobo," katanya.

Faktor pencemaran lingkungan, kata Wiwid diduga terjadi saat BSTF mengetahui ada 3 penyu mati di bulan yang sama pada Maret 2020 di Pulau Santen.

"Faktor lain, ditemukan 3 ekor penyu mati. Maret itu langsung tiga berturutan di Pulau Santen semua. Kita tidak tahu penyebabnya. Mungkin banyak yang mati tidak terdampar, jadi kita tidak tahu. Selain usia, juga bisa karena makan plastik dan polusi," katanya.

4. Tanam pandan laut untuk penyu

Gegara Abrasi, Jumlah Sarang Penyu di Banyuwangi MenurunIlustrasi penyu. Unsplash.com

Sebagai langkah konservasi agar penyu mau bertelur, BSTF menanam tanaman pandan laut yang bisa mencegah abrasi, menjaga iklim sarang dan menarik minat penyu bertelur. Sejak tahun 2019 sudah ada 700-an pohon yang ditanam BSTF.

"Tahun lalu di Baluran (Taman Nasional) dan tahun ini di pulau Santen. Total sekitar 700-an tanaman. Fungsinya cegah abrasi, kedua aroma bunga pandan laut akan menarik penyu betina untuk datang, dan iklimnya akan terjaga dan rimbun," ujarnya.

Selain menjaga proses bertelurnya penyu dan memindahkan ke penetasan semi alami untuk mendapatkan daya tetas lebih tinggi, setiap tahun BSTF melepasliarkan ribuan tukik ke laut.

Pada tahun 2019 dari total 130 sarang, terdapat 13.052 telur yang ditetaskan dengan tingkat keberhasilan hingga 80 persen. Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen yang dilepaskan secara seremonial bersama pelajar, komunitas maupun instansi sebagai edukasi. Sisanya langsung mereka lepas-liarkan.

"Untuk 2019, itu karena pasir saya ganti total setiap musim telur penyu, itu bisa 80 persen ke atas penetasannya berhasil. Bahkan ada yang 100 persen," ujarnya.

Pada tahun 2020 sendiri baru ada 125 tukik yang dilepas-liarkan dan menunggu masa tetas terbaru pada tanggal 18 Juli.

"Kemarin penetasan pertama 125, sudah kami lepas secara bersama masyarakat. Ini kami jalani secara pribadi," ujarnya.

Topik:

  • Dida Tenola

Berita Terkini Lainnya