Duka Matrawi, Belum Bisa Bekerja Lantaran Pendakian Ijen Ditutup

Padahal ia harus membiayai kuliah anaknya di UGM

Banyuwangi, IDN Times - Matrawi (57), salah satu penambang belerang di Kawah Ijen mengaku mengalami kerugian cukup besar akibat kebakaran di pegunungan ijen yang berlangsung sejak Sabtu (19/10). Ia pun berharap bencana ini segara berakhir. 

Wajar jika berharap kebakaran lekas berakhir. Maklum, Matrawi menggantungkan pendapatannya dari Ijen. Selain menjadi penambang sejak tahun 1978, beberapa tahun terakhir Matrawi juga menyambi menjadi pemandu wisata baik domestik maupun mancanegara di Kawah Ijen.

Dari dua profesinya itu, Matrawi mampu membiayai tiga orang anak, satu di antaranya sedang kuliah di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Sejak kebakaran terjadi, Matrawi menganggur karena aktivitas pertambangan belerang di Kawah Ijen ditutup pada Minggu (20/10), termasuk untuk wisatawan hingga batas waktu belum ditentukan.

1. Kebakaran terjadi sejak Sabtu malam

Duka Matrawi, Belum Bisa Bekerja Lantaran Pendakian Ijen DitutupMatrawi kini belum bisa bekerja lantaran jalur pendakian masih ditutup. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Saat kebakaran disertai angin kencang terjadi, Matrawi mengaku sedang mendampingi wisatawan. Namun, saat turun dari kawah Ijen pada Sabtu malam, dia melihat gudang penyimpanan barang di lokasi penimbangan belerang ludes terbakar.

"Malamnya saya habis antar tamu, ada tamu lagi jam 10 (malam) saya ke sini sudah habis terbakar," kata Matrawi saat mengunjungi sisa sisa kebakaran di gudangnya, Senin (21/10).

Selain jadi pemandu wisata, Matrawi juga menyediakan penyewaan masker untuk wisatawan yang dia simpan di gudang. Gudang yang didirikan di samping Paltuding, bersama penambang-penambang lain didirikan untuk tempat istirahat dan menaruh barang.

Saat kebakaran terjadi, sebanyak 25 masker khusus yang biasa digunakan saat naik ke Kawah Ijen milik Matrawi hangus terbakar. Masing-masing masker harganya Rp 200 ribu.

"Ada 25 Masker merek 3 M yang canggih itu untuk pendaki asing habis terbakar," ujarnya.

Tidak hanya masker, sebanyak 50 kereta dorong milik penambang di lokasi tersebut juga hangus terbakar.

"Di sini penambang punya kamar sendiri-sendiri, bangun bangun sendiri. Kalau punya saya luasnya 3x4,5 meter," jelasnya.

2. Biasanya dalam sehari bisa mengantongi ratusan ribu

Duka Matrawi, Belum Bisa Bekerja Lantaran Pendakian Ijen DitutupMatrawi berharap kebakaran segera berakhir. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Biasanya, saat menambang belerang, dalam sehari Matrawi bisa mengantongi uang Rp200 ribu. sementara bila mendapatkan tawaran jadi pemandu wisata dan penyewaan masker, rata-rata Matrawi bisa mendapatkan Rp200-350 ribu per hari.

"Harga belerang sekarang Rp1.250 per kilogram, penghasilan itu tergantung kuat atau tidaknya badan saya. Tapi selama menambang saya tidak pernah sakit parah, paling badan rasanya capai, pegal-pegal, minum jamu dan pijat beres," jelasnya.

Kini ia harus merasakan sebaliknya. Matrawi lebih sering berada di rumah lantaran belum bisa bekerja. Jika terus seperti ini, ia khawatir biaya pendidikan untuk anaknya akan terganggu.

"Buat biaya pendidikan anak saya. Anak pertama sekarang kuliah di UGM semester 6 jurusan Kehutanan. Anak kedua kerja di Bengkel di Bali, terakhir masih TK," jelasnya.

Baca Juga: Gunung Ijen Terbakar, Pohon Ini Malah Lebih Subur

3. Warung-warung tutup dan sepi pembeli

Duka Matrawi, Belum Bisa Bekerja Lantaran Pendakian Ijen DitutupBeberapa lapak pedagang makanan hanya mengalami rusak minor. Namun, masih sepi pembeli. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Tak hanya Matrawi, selama aktivitas pendakian ke Kawah Ijen ditutup para pemilik warung juga terimbas. Meski beruntung lantaran lapaknya tak rusak, dagangan mereka juga masih sepi.

Kartono (70) salah satu pemilik warung yang selamat mengatakan bila akhir pekan antara hari Sabtu dan Minggu jumlah pendapatan dari warungnya bisa Rp600 ribu hingga Rp1,5 juta. Sementara pada hari hari biasa dia bisa mengantongi untuk Rp 300-500 ribu. Namun, saat ini pendapatannya masih jauh dari angka tersebut.

"Ya kami masih beruntung warungnya tidak sampai hancur tersapu angin. Ini sebelah sebelah kami sudah rusak," ujarnya.

 

Baca Juga: Penambang Belerang di Gunung Ijen: Kebakaran Tahun Ini Paling Parah

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya